Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Frangky Selamat
Dosen

Dosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

Tantangan Kembali ke Kampus

Kompas.com - 12/07/2022, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DIBANDING adik-adiknya yang duduk di bangku sekolah menengah, dasar bahkan taman kanak-kanak, mahasiswa terbilang “beruntung” karena mayoritas masih bergelut dengan pembelajaran secara daring.

Beruntung?

Ketika di awal pandemi 2020, banyak mahasiswa yang mengeluh dan ingin cepat-cepat kembali ke kampus, kini keadaan justru berbalik 180 derajat.

Dari hasil survei terbatas pada sejumlah prodi noneksakta terungkap fakta sebagian besar mahasiswa yang persentasenya diperkirakan mencapai 80 persen telah merasa nyaman untuk menjalankan studi dari rumah atau dari tempat mereka berada dan merasa enggan untuk kembali kampus.

Kenyataan ini berbeda dibandingkan setahun lalu, ketika banyak mahasiswa merindukan momen kembali ke kampus.

Umumnya mereka merasa sulit untuk memahami pembelajaran yang dilakukan secara daring terutama bagi mahasiswa program eksakta.

Alasan enggan kembali ke kampus

Ada lima alasan utama mengemuka mengapa mahasiswa enggan untuk kembali ke kampus.

Pertama, seiring berjalannya waktu, mahasiswa telah banyak belajar untuk beradaptasi dengan keadaan dan merasa telah menemukan zona nyaman.

Di awal pandemi banyak yang kelabakan dengan berbagai program daring. Sekarang platform Zoom Meeting, Google Class Room, Google Meet, Microsoft Teams dan sebagainya telah menjadi keseharian.

Sejumlah perguruan tinggi telah menyediakan online learning system yang amat menunjang pembelajaran daring.

Tidak banyak lagi yang merasa kesulitan. Semua menikmati berbagai nilai tambah yang diberikan dari kondisi yang semula dipaksakan, namun perlahan telah menjadi kebiasaan baru.

Kedua, menghemat waktu dan tenaga.

Bagi mahasiswa yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta, mereka tidak perlu lagi terjebak kemacetan lalu lintas yang menyita waktu dan menghabiskan tenaga percuma.

Mereka tak harus lagi bangun pagi-pagi demi menghindari kepadatan jalan. Semua dapat dilakukan dari rumah, bahkan sambil berbaring di tempat tidur. Nikmatnya.

Ketiga, menghemat biaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com