Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beli Ship Simulator Impor Harga Miliaran, Kini Ada Buatan Dalam Negeri

Kompas.com - 30/05/2022, 06:17 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia akhirnya punya kemudi kapal digital atau ship simulator buatan anak negeri.

Pembuatan alat ini, dalam rangka gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI) dimana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV-BMTI) bekerja sama dengan sejumlah SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto menyampaikan selama ini Indonesia selalu mengimpor ship simulator atau alat simulasi kemudi kapal digital.

Baca juga: 4 Keuntungan Siswa SMK Ikut D2 Fast Track, Bisa Cepat Kerja

Untuk itu, Dirjen Wikan berharap satuan pendidikan vokasi bidang pelayaran atau kelautan dapat menggunakan ship simulator karya anak bangsa.

“Alhamdulillah, akhirnya Indonesia memiliki alat simulasi kemudi kapal sendiri yang dibangun atas kerja sama SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi yang lebih murah dibandingkan harus impor dari luar negeri,” terang Dirjen Wikan dilansir dari laman Vokasi saat soft launching peluncuran ship simulator karya Vokasi yang berlangsung di Bandung, beberapa waktu lalu.

Dirjen Wikan mengakui sebelumnya simulator kapal atau ship simulator diimpor dengan harga belasan miliar bahkan puluhan miliar.

Menurutnya, untuk harga ship simulator impor tersebut dinilai cukup tinggi ketimbang produksi karya vokasi.

“Akhirnya kini ship simulator buatan dalam negeri kita ini dengan performance dan kualitas yang enggak kalah harganya lebih murah 50 persennya, enggak sampai Rp 2,35 miliar,” ujar Dirjen Wikan.

Bukti keberhasilan dunia vokasi

Namun dengan semangat link and match Merdeka Belajar dengan Kurikulum Merdeka, para pelajar dan mahasiswa vokasi berhasil melakukan riset berbasis produk yang bisa digunakan di pasar.

“Ini adalah bukti keberhasilan dunia vokasi. Dengan semangat Merdeka Belajar, kita berhasil melakukan riset vokasi yang menghasilkan produk dan dapat dihilirkan ke masyarakat. Inilah budaya riset vokasi,” tutur Dirjen Wikan.

Baca juga: Alumni Vokasi Ini Punya 4 Tips Usaha Sablon Penuh Cuan

Oleh karena itu, Dirjen Wikan mengatakan ada yang salah dengan riset jika hasil risetnya tidak meluncur hingga ke pasar.

“Jadi, jangan lagi hanya bikin alat untuk memuaskan diri sendiri, tidak pernah masuk pasar. Tidak terkonformasi pasar butuh atau tidak. Kalau butuh harganya masuk enggak. Jadi, ini adalah budaya baik, memasarkan hasil SMK, Perguruan Tinggi Vokasi, ini yang harus kita tumbuhkan,” tutur dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala BBPPMPV-BMTI Supriyono mengatakan pembangunan ship simulator ini berdasarkan peluang yang dibaca pelajar vokasi, yakni kebutuhan transportasi kelautan di Indonesia sangat besar.

Kini sudah dapat dipesan

Supriyono berharap sekolah pelayaran atau program studi pelayaran di dalam negeri tak lagi mengimpor ship simulator luar negeri, melainkan menggunakan ship simulator buatan anak bangsa. "Ini kita kembangkan bersama lebih dari 30 SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi," kata Supriyono.

Supriyono juga mengatakan ship simulator ini telah masuk dalam e-katalog nasional dalam arti dapat dipesan instansi yang membutuhkan.

"Ini berkah untuk kita, ship (simulator) ini sudah disubmit di e-katalog nasional dan Senin, 30 Mei di Jakarta Convention Center (JCC)," tuturnya.

Baca juga: Lulusan Vokasi, Intip Prospek Usaha Nail Art yang Menjanjikan

Supriyono berharap ship simulator ini, tak hanya memenuhi kebutuhan pendidikan, melainkan juga memenuhi kebutuhan industri.

"Semoga vokasi makin jaya dan saya yakin ship simulator ini bisa memenuhi kebutuhan industri dengan kualitas yang terbaik," harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com