Oleh: Wilson Kosasih*
BEBERAPA waktu lalu ketika berdiskusi santai sambil ditemani kopi dengan seorang yang menyebut dirinya pemerhati pendidikan, ia berujar,"belakangan ini disinyalir tidak banyak remaja sekarang yang berminat menjadi insinyur."
Ironisnya sejak pandemi, minat masuk jurusan bidang keteknikan semakin merosot. Mengapa itu terjadi? Apa dampaknya?
Pandemi Covid-19 belum menunjukkan akan segera berakhir, namun setiap negara berupaya mengambil berbagai kebijakan yang dapat memberikan pemulihan ekonomi dengan cepat.
Meskipun demikian, muncul pemikiran bahwa Indonesia tetap perlu fokus untuk membangun manusia yang unggul, tanggap dan tangguh dalam menghadapi perubahan kemajuan teknologi pasca-pandemi.
Hal itu salah satu poin penting agar bangsa ini dapat berdaya saing dan mandiri di era serba tidak pasti kedepannya.
Hakim & Kertajaya (2012) menyakini bahwa dalam membangun kemajuan negara, diperlukan keseimbangan antara pembangunan infrastruktur maupun manusianya (pendidikan SDM-nya).
Berkaca dari beberapa negara seperti China, Korsel, India, pengembangan pendidikan tinggi teknik yang berorientasi entrepreneurship merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pertumbuhan increasing, melalui kualitas kemampuan inovasi.
Fokus dari pengembangan pendidikan tinggi teknik berorientasi entrepreneuship adalah kreativitas dan inovasi.
Kreativitas teknologi menciptakan perspektif/ide/gagasan baru/metode efektif dan efisien yang berkaitan langsung dengan proses improvement dalam perkembangan knowledge based economy.
Kreativitas menjadi aspek vital dalam pengembangan riset multidisiplin maupun praktik ekonomi.
Oleh karena itu, pengembangan kreativitas dalam konteks pendidikan di Indonesia sekarang ini menjadi sangat penting.
Sedangkan, inovasi merupakan implementasi dari kreativitas. Inovasi teknologi berhubungan langsung dengan pemikiran, penerapan, dan penciptaan teknologi dalam penyelesaian berbagai masalah.
Miller et al. (2012), dalam Innovation Leadership Study, melakukan sebuah survei mengenai aspek-aspek yang menentukan strategi inovasi.
Hasil surveinya mendemonstrasikan 80 persen responden percaya bahwa strategi inovasi harus sejalan dengan strategi korporasi, diikuti aspek teknologi (64 persen) dan pasar (62 persen) yang menempati urutan kedua dan ketiga berturut-turut.