KOMPAS.com - Tak hanya pandemi Covid-19, dunia juga menghadapi banyak persoalan. Seperti krisi iklim, perang dan konflik serta krisis penghidupan.
Karenanya, penting sekali pemangku kepentingan dari seluruh dunia untuk berpartisipasi serta menyuarakan isu-isu dari permasalahan tersebut.
Terkait hal itu, Civil 20 (C20) yang merupakah salah satu engagement groups dalam G20 melaksanakan kick off meeting pada Senin (7/3/2022) di Bali Indonesia.
Baca juga: Hari Gizi Nasional 2022, Save The Children Gagas Telekonseling Gizi bagi Para Ibu
Sebagai salah satu anggota dalam C20, Save the Children menginisiasi side event atau pertemuan tambahan untuk menyerukan urgensi permasalahan dan risiko yang dihadapi anak di seluruh dunia.
Menurut CEO Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung, C20 adalah salah satu ruang bagi para pemangku kepentingan untuk berpartisipasi menyuarakan prioritas isu yang perlu ditangani serius.
"Saat ini anak-anak dan orang muda di seluruh dunia dihadapkan pada ancaman global termasuk Covid-19," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/3/2022).
Selain itu, ancaman ini juga menghadirkan risiko besar bagi masa depan dan bumi yang berkelanjutan agar anak-anak dapat hidup aman, nyaman dan terpenuhi hak-haknya.
Untuk itu, penting untuk menyerukan hal ini agar menjadi prioritas dalam pembahasan G20.
Dijelaskan, 2022 ini sebagai penerima Presidensi Group 20 (G20), Pemerintah Indonesia berupaya membangun kesepahaman di antara pemimpin G20 terkait berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat global.
Baca juga: Ini Capaian Save The Children di 2021 demi Pemenuhan Hak Anak Bidang Pendidikan
Tentu agar pulih bersama dan pulih lebih kuat yang menjadi tema utama G20 “Recover Together, Recover Stronger”.
Adapun Side Event C20 yang diadakan Save the Children mengusung permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian oleh seluruh pihak dan para pemimpin G20, di antaranya:
Dijelaskan, data dan fakta yang memperkuat permasalahan tersebut telah diutarakan oleh berbagai pihak seperti:
Tak hanya itu saja, menurut WHO dan UNICEF, cakupan vaksinasi reguler anak mengalami penurunan dari 86 persen di 2019, menjadi 83 persen di 2020.
Diperkirakan 23 juta anak umur di bawah 1 (satu) tahun tidak mendapatkan vaksin standar. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 2009.
Baca juga: Orangtua dan Anak, Ini Tips Menjadi Warganet yang Baik
"Pada 2020, jumlah anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan vaksinasi meningkat menjadi 3,4 juta," terangnya.