Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Herbal untuk Kolesterol, Mahasiswa UGM Teliti Daun Kirinyuh

Kompas.com - 21/10/2021, 20:18 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - World Health Organization (WHO) menyebutkan jumlah kematian akibat peningkatan kolesterol mencapai angka 2,6 juta dalam satu tahun di dunia.

Kadar kolesterol yang tinggi ini disebabkan oleh banyak hal, seperti pola makan tinggi lemak, pola makan rendah serat, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok.

Peningkatan kolesterol dalam tubuh kian menjadi penyebab kematian yang cukup serius. Istilah medis yang sering digunakan untuk menggambarkan keadaan tingginya kadar kolesterol dalam darah yaitu hiperkolesterolemia.

Berangkat dari permasalahan tersebut, tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat inovasi dengan mengembangkan suatu formulasi berupa nanopartikel ekstrak yang terbuat dari daun kirinyuh sebagai kandidat obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Daun kirinyuh terkenal sembuhkan ragam penyakit

Shafira Salwa Salsabil sebagai ketua tim memaparkan penelitian ini berawal dari diskusi yang membahas kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi daun kirinyuh sebagai obat herbal alami.

Daun kirinyuh telah lama digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya ialah hiperkolesterolemia.

Dari diskusi tersebut, Shafira dan tim menemukan beberapa pertanyaan sekaligus penyangkalan yang tidak dapat dijawab dan akhirnya menimbulkan sebuah ide penelitian dengan dosen pendamping Anggi Muhtar Pratama.

“Beberapa pertanyaan yang ada di benak tim adalah zat apa dalam daun itu yang benar-benar sakti sampai masyarakat menganggap kirinyuh dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit? Masyarakat sekitar diketahui biasa mengonsumsi kirinyuh dengan cara direbus hingga mendidih. Bukankah pemanasan dengan suhu tinggi dapat menghilangkan kandungan senyawa aktif dari daun tersebut?,” tutur Shafira, Kamis (21/10/2021), seperti dilansir dari laman UGM.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

Menurut kajian literatur yang dilakukan tim, senyawa dalam daun kirinyuh yang dapat menurunkan kolesterol ialah senyawa flavonoid.

Flavonoid dinilai dapat menghambat aktivitas enzim HMGCR, yang mana enzim ini berperan penting dalam produksi kolesterol dalam tubuh.

Apabila enzim tersebut dihambat aktivitasnya, enzim HMGCR akan mengurangi produksi kolesterol dalam tubuh.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Shafira dan tim berlanjut dengan memformulasikan kirinyuh dalam sediaan nanopartikel ekstrak yang kemudian diuji efektivitasnya dalam menurunkan kolesterol pada tikus yang mengalami hiperkolesterol.

Hasilnya, pemberian nanopartikel ekstrak daun kirinyuh dapat menurunkan kadar kolesterol pada tikus secara signifikan.

“Salah satu keunggulan yang ditawarkan dari inovasi ini yaitu penggunaan kearifan lokal daun kirinyuh yang diambil dari Imogiri, Kabupaten Bantul. Daun ini merupakan gulma yang ada di area sekitar sawah dan dapat mengganggu tanaman lain. Jika tidak mengetahui khasiat dari tanaman ini, tentu saja akan dibuang begitu saja. Jadi, pemanfaatan daun kirinyuh sebagai sediaan nanopartikel ekstrak tentu akan membantu mengurangi gulma yang merugikan tersebut,” ucap Shafira.

Baca juga: Beasiswa S2 Jepang 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 18 Juta Per Bulan

Penelitian ini diharapkan mampu dikembangkan lebih lanjut pada masa yang akan datang dengan melakukan uji klinis.

Selain itu, inovasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk terciptanya obat herbal terstandarisasi penurun kolesterol yang lebih aman, tidak menimbulkan banyak efek samping, dan terbukti efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Tim PKM-RE UGM tersebut beranggotakan Shafira Salwa Salsabil (Kedokteran Hewan, 2019), Raden Roro Prakasita B.L. (Kedokteran Hewan, 2019), Vania Putri Ardana (Kedokteran Hewan, 2019), Inarotul Wardah Pratiwi (Kimia, 2018), dan Rizky Aprillia Widianti (Kimia, 2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com