Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Tertua ITB, Ini Motivasi Rudy Kuliah S3 di Usia 69 Tahun

Kompas.com - 18/08/2021, 12:18 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mencari ilmu dan belajar tak perlu memandang usia seseorang. Bahkan menjadi pembelajar sejati bisa dilakukan sepanjang hayat.

Seperti Rudy Setyopurnomo, di usianya yang tak lagi muda dia tetap bersemangat mengenyam pendidikan Program Doktor pada Program Studi Sains Manajemen, SBM Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dalam tahun ajaran baru ini, Rudy menjadi mahasiswa "tertua" dengan usia 69 tahun.

"Saya senang ilmu dan saya senang menyekolahkan anak muda. Karena saya percaya ilmu sangat bermanfaat untuk membimbing bangsa," kata Rudy seperti dikutip dari laman ITB, Rabu (18/8/2021).

Baca juga: Mahasiswa UM Surabaya, Olah Limbah Masker dan Cangkang Jadi Paving

Lulusan ITB tahun 1976

Rudy memilih ITB bukan tanpa alasan. Rudy juga merupakan lulusan ITB tahun 1976 silam. Rudy menilai ITB adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia, terutama untuk bidang sains manajemen.

Rudy berhasil lulus dan meraih gelar Insinyur di bidang teknik mesin. Kemudian pada 1990, melanjutkan ke Universitas Indonesia mengambil Master of Management.

Tak hanya mengenyam pendidikan di Indonesia, Rudy juga melanjutkan studi lagi ke Harvard University mengambil Master of Public Administration pada tahun 1991.

Tahun berikutnya, dia kembali kuliah ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengambil Master of Science in Management, lalu pada 1994, melanjutkan Post Graduate-sandwich program, di Stanford University.

Baca juga: Siswa, Kenali 3 Tokoh Pengibar Bendera Saat Proklamasi Kemerdekaan RI

Mentransformasikan pengalaman ke bentuk 'ilmiah'

Salah satu motivasi Rudy untuk berkuliah S3 lantaran keinginannya membuat sesuatu yang "ilmiah" dari pengalaman selama ini dalam mengelola perusahaan.

"Pengalaman saya cukup banyak termasuk membuat perusahaan yang bangkrut menjadi hidup kembali dan kuat, namanya metode turn around perusahaan," terang Rudy.

Dia menjelaskan, metode yang dipakai yaitu EBITDA atau earning before interest, taxes, depreciation, and amortization.

Rudy yakin bila melanjutkan pendidikan doktor, ilmu terapan manajemen yang dimiliki bisa menjadi ilmiah dan mampu dipraktikkan semua orang.

"Tujuan utama kuliah kembali adalah menjadikan pengalamannya sebagai metode ilmiah. Sehingga satu-satunya jalan adalah masuk program doktor," papar Rudy.

Baca juga: Ceritakan Keunikan India, Dosen UMM Sukses Jadi Youtuber

Sudah memilih topik riset

Untuk menyelesaikan program doktor ini, Rudy memilih topik riset yang diajukan sebagai proposal berjudul "Essentials of Strategy Execution System to Manage Business Risks and Operation Profitability: Operation Management by EBITDA Daily Control to minimize operational risks and maximize operation profitability".

"Intinya bukan untuk mencari gelar semata tetapi bagaimana membuat ilmu lapangan menjadi scientific, supaya dipakai banyak orang dan bermanfaat," ungkap Rudy.

Saat ini Rudy juga menjabat menjadi Founder, CEO PT Equiti Manajemen Teknologi dan Founder Direktur Fountain Bali Hydro System Corp. Ltd. Hongkong.

Di tengah kesibukannya yang padat dalam mengurus perusahaan, Rudy mempunyai cara khusus dengan menyisihkan waktu untuk belajar. 

Baca juga: Keren, Begini Cara Mahasiswa Mahapala Unnes Peringati HUT ke-76 RI

Rudy juga memberi semangat kepada mahasiswa ITB pada khususnya serta generasi muda lainnya di Indonesia. Mereka bisa masuk MIT dan juga Harvard. Berdasarkan pengalamannya, tingkat kesulitan di perguruan tinggi tersebut tidak lebih sulit dari di ITB.

"Jangan pernah takut daftar ke universitas terbaik di dunia setelah lulus dari ITB, pasti bisa. Coba diukur IQ-nya, kalau di atas 130 sebaiknya mengambil PhD," beber Rudy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com