Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringati Hari Keantariksaan Nasional, Itera Ajak Lestarikan Gelap

Kompas.com - 13/08/2021, 14:26 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Astronomi atau bisa disebut ilmu bintang merupakan cabang ilmu alam yang meneliti benda langit.

Ilmu Astronomi sudah ada sejak zaman dahulu kala. Para peneliti zaman dahulu melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam.

Seiring perkembangan zaman, ilmu Astronomi makin maju setelah adanya penemuan teleskop. Dalam melakukan pengamatan benda angksa, para peneliti juga membutuhkan kondisi langit yang cerah.

Kondisi langit yang cerah tanpa ada gangguan lain, akan mempermudah dalam melakukan pengamatan benda langit.

Baca juga: Kontribusi Mahasiswa FK di Indonesia Selama Pandemi Covid-19

Pengamatan benda langit terganggu polusi cahaya

Namun kecerahan langit saat ini semakin terganggu dengan adanya polusi cahaya. Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) bekerjasama dengan Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Wisata Geopark Global dan Wisata Langit (WG2WL) menggelar webinar bertema 'Kampanye Lestarikan Gelap Malam'.

Ketua Purino WG2WL Danni Gathot Harbowo menyampaikan, kegiatan ini merupakan kolaborasi OAIL dan Purino WG2WL.

Menurut dia, topik melestarikan gelap sangat tepat dalam merayakan Hari Keantariksaan Nasional. Pasalnya semakin berkembang peradaban manusia, semakin banyak masyarakat yang takut dengan kegelapan.

Baca juga: Mahasiswa, Kenali 9 Inovasi Bidang Teknologi dari Perguruan Tinggi

Nikmati kemilau alam semesta

Ketua LPPP Itera Acep Purqon mengajak seluruh peserta untuk mematikan lampu, guna menikmati kemilau alam semesta yang indah.

Dalam webinar tersebut, Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Gunawan Admiranto menerangkan, langit malam menjanjikan pemandangan yang indah dengan adanya bintang-bintang, planet, dan berbagai obyek dapat diamati.

Namun pemandangan tersebut semakin sulit diamati akibat adanya polusi cahaya. Gunawan memaparkan, saat ini polusi cahaya menjadi masalah yang makin besar.

Polusi cahaya juga cukup mengganggu kehidupan hewan dan tumbuhan, kesehatan manusia, dan kesehatan lingkungan.

"Efesiensi energi keran ada cukup banyak radiasi yang terhambur ke angkasa," tutur Gunawan.

Baca juga: 10 Kampus di Indonesia Terpopuler di Twitter

Lampu luar ruangan di perkotaan

Sementara itu dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dhani Herdiwijaya menambahkan, lampu-lampu luar ruangan yang didominasi di daerah perkotaan kini menjadi produk aktivitas manusia yang tidak kerkontrol.

"Hal ini berdampak negatif di semua aspek kehidupan manusia," kata Dhani.

Kondisi kecerlangan langit malam dapat diukur menggunakan alat bernama Sky Quality Meter (SQM).

Sementara itu Dosen Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera, Alfiah Rizky menanggapi bahwa hasil pemetaan kecerlangan langit malam resolusi tinggi dari citra satelit sangat penting selain untuk pengamatan para astronom.

Baca juga: Nadiem Semangati 6.424 Maba ITS agar Berkontribusi untuk Negeri

Alfiah juga menjelaskan data tersebut menjadi faktor penentu dalam perencanaan astrowisata terutama dekat dengan kawasan kota besar di Sumatera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com