KOMPAS.com - Saat menghadapi tekanan kehidupan, seseorang bisa mengalami stres. Terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, seseorang jadi lebih rentan terkena stres.
Menghadapi semua keterbatasan ;m ini, seseorang rentan mengalami burnout. Jika tidak dicegah, burnout dapat mengganggu kualitas hidup hingga menurunkan produktivitas bekerja.
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Iceu Amira menerangkan, jika merasakan kelelahan secara fisik saja bisa diselesaikan dengan cara istirahat cukup.
Namun berbeda jika seseorang merasakan kelelahan emosional, istirahat saja belum tentu selesai. Maka harus ada intervensinya.
Baca juga: Hasil Riset UGM-UNS: Pemberian Antibiotik Tanpa Resep Perlu Diawasi
Iceu menerangkan, burnout adalah sindrom psikologis yang disebabkan adanya rasa kelelahan yang luar biasa, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Dampaknya, seseorang dapat kehilangan minat dan motivasi.
Menurut dia, burnout dapat mengurangi produktivitas dan menguras energi sehingga membuat seseorang merasa tidak berdaya, putus asa, lemah, dan cepat marah.
"Jika mengalami dalam waktu yang lama, akan berdampak pada kehidupan sosial terutama pekerjaannya," kata Iceu seperti dikutip dari laman Unpad, Rabu (11/8/2021).
Iceu menerangkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah burnout, yakni dengan melakukan beberapa cara berikut ini.
1. Menjaga keseimbangan hidup. Butuh pengelolaan waktu yang baik kapan harus bekerja dan mengerjakan hal lainnya.
Baca juga: Nadiem Semangati 6.424 Maba ITS agar Berkontribusi untuk Negeri
2. Mengelola stres
3. Mengubah gaya hidup
4. Atur olah raga
5. Atur pola makan akan.
"Dengan demikian kita bisa mengurangi terjadinya burnout. Karena jika terjadi secara berlebihan, mengembalikan ke awal itu sulit," tegas Iceu.
Dalam Webinar dan Talkshow 'Say No to Burnout: Be More Productive' yang digelar mahasiswa Program Profesi Ners Fkep Unpad turut hadir pembicara lain.
Baca juga: Astra Isuzu Buka Lowongan Kerja Lulusan D1/D3-S1, Cek Infonya