KOMPAS.com - Saat ini semua satuan pendidikan tengah bersiap melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Namun demikian, tatap muka terbatas bisa dilakukan atas seizin orangtua.
Sehingga para guru juga tetap harus memfasilitasi siswa yang belum diperkenankan mengikuti tatap muka terbatas oleh orangtuanya.
Data UNICEF tahun 2020 mengungkapkan,terdapat sekitar 60 juta peserta didik di Indonesia tidak belajar di sekolah konvensional. Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring melalui penggunaan berbagai platform digital.
Untuk mempersiapkan tatap muka terbatas dan tetap memfasilitasi siswa yang masih mengikuti PJJ, Universitas Indonesia (UI) melalui Program Pengabdian Masyarakat, menyelenggarakan pelatihan daring tentang 'Strategi pengajaran di sekolah Inklusif kepada para guru di satuan PAUD dan Sekolah Dasar'.
Baca juga: Lowongan Kerja Dosen Universitas Padjadjaran 2021, Simak Infonya
Sejauh ini, pemerintah telah memberikan dukungan bantuan internet gratis kuota belajar dan program Belajar dari Rumah (BDR).
Program BDR menyediakan media pembelajaran melalui TVRI untuk menjangkau masyarakat yang memiliki keterbatasan akses internet.
Program lain yang telah diluncurkan seperti peluncuran portal Guru Berbagi juga dibentuk sebagai wadah berbagi strategi dan materi pembelajaran antara guru yang saling membutuhkan.
"Meskipun telah banyak dukungan diberikan, pada kenyataannya PJJ masih memiliki potensi dampak yang tidak diharapkan. Misalnya kendala yang dihadapi guru dalam mengajar anak didik, peserta didik yang merasa lelah secara emosional, dan orang tua yang mungkin mengalami kebingungan saat mendampingi anak belajar di rumah," terang Farida seperti dikutip dari laman Ruang Guru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumat (16/4/2021).
Baca juga: Direktorat SMA: Ini 6 Prosedur Kantin Sekolah di Era Kebiasaan Baru
Farida mengungkapkan, kendala lain yang dihadapi oleh guru sekolah inklusif yang harus mengajar anak reguler dan anak berkebutuhan khusus di satu kelas yang sama.
"Pelatihan daring ini bertujuan untuk membekali guru tentang pengetahuan dan keterampilan mengelola kelas inklusif, yaitu kelas dengan siswa reguler dan berkebutuhan khusus," imbuh Farida.
Baca juga: Siswa, Perhatikan 3 Cara Lindungi dari Kekerasan Seksual di Sekolah
Dalam hal ini, sangat dibutuhkan kolaborasi antara guru dan orangtua, sehingga proses pembelajaran anak selama masa pandemi dapat berjalan sesuai harapan. Namun hal ini sulit terwujud karena beberapa faktor, seperti:
Semua faktor tersebut dapat mengakibatkan proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus selama pandemi cenderung menurun.
Tim Pengabdian Masyarakat UI menyampaikan tentang teknik-teknik pengajaran efektif yang bisa diterapkan guru selama PJJ.
Selain menyasar aspek akademik, pelatihan ini memberikan perhatian pada aspek non akademik yang juga berperan bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Farida menekankan pentingnya menjaga relasi di antara semua anak melalui kegiatan-kegiatan virtual seperti saling bertukar kabar dan bercerita mengenai kegiatan sehari-hari.
Melalui kegiatan-kegiatan ini bisa membuat anak merasa tetap terhubung satu sama lain dan diharapkan tidak kesepian.
Baca juga: Siswa, Begini Cara Menata Meja Kursi Kelas Saat Belajar Tatap Muka
Selain itu, PJJ juga bisa membuat tekanan emosi yang besar bagi anak dan guru. Sehingga diperlukan adanya teknik mengelola emosi.
"Cara mengelola emosi yang disampaikan pada pelatihan, guru bisa menggunakannya dan mengajarkan kepada peserta didik agar semua merasa lebih rileks selama KBM. Mereka juga mendapat pembekalan tentang strategi meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara guru dan orangtua," tandas Farida.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.