Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penguasaan Bahasa Jawa Makin Berkurang, Ini Kata Dosen UNS

Kompas.com - 25/03/2021, 09:30 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terdapat banyak bahasa daerah di Indonesia. Bagi orang Jawa, bahasa Jawa bisa digunakan dalam keseharian dan terbagi atas beberapa macam. Mulai dari bahasa Jawa Ngoko hingga bahasa Jawa Krama Inggil.

Penggunaan bahasa Jawa ini juga akan berbeda-beda tergantung lawan bicaranya. Apakah teman sebaya atau orang yang lebih tua.

Namun, seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa Jawa ini justru makin memudar.

Terlebih di kalangan generasi muda dan anak-anak. Salah satu sebabnya karena kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia di kehidupan sehari-hari. Selain itu, anak-anak muda mulai enggan menggunakan bahasa daerah karena takut salah.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Penguasaan bahasa Jawa berkurang signifikan

Kepala Prodi Sastra Daerah dan Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Supana mengatakan penguasaan bahasa Jawa terutama generasi muda saat ini sudah berkurang signifikan.

Supana menyoroti kekeliruan pengucapan maupun penulisan fonem atau bunyi bahasa. Ia memberikan contoh sederhana, jika dilihat penulisan lirik dalam video lagu-lagu berbahasa Jawa. Kebanyakan terjadi kesalahan penulisan huruf. Seperti yang seharusnya ditulis kutha, tetapi justru ditulis kutho.

“Jadi sering keliru pada huruf ‘a’ yang memang dilafalkan ‘o’. Bukan hanya masalah pengucapan, ada juga gramatika atau struktur bahasanya. Misal untuk menyusun kata lima orang dalam bahasa Jawa jadi lima wong. Harusnya wong lima. Hal ini karena terpengaruh gramatika bahasa Indonesia,” jelas Dr. Supana seperti dikutip dari laman uns.ac.id, Rabu (24/3/2021).

Baca juga: Guru Besar IPB Temukan Formula Minuman Penurun Gula Darah

Supana mengungkapkan, adanya pengaruh gramatika bahasa Indonesia merupakan hal yang wajar karena lingkungan sosial budaya di sekitar kita. Terlebih di media hiburan yang umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan dapat dijangkau semua golongan. Bahasa daerah di media televisi sedikit sekali bahkan nyaris tidak ada.

“Begitu pun dalam pendidikan, bahasa pengantarnya juga bahasa Indonesia. Maka ini menjadi pengaruh pada perkembangan bahasa generasi muda. Tidak benar-benar paham struktur bahasa Indonesia dan Jawa, jadi banyak terpengaruh dan tercampur,” ungkap Supana.

Generasi muda takut salah mengucapkan Bahasa Jawa

Supana juga menyinggung perihal tingkat tutur yang cukup sering menjadi sorotan. Generasi muda, sambung Supana, agak enggan menggunakan bahasa Jawa karena takut salah.

Hal senada juga disampaikan Kaprodi Pendidikan Bahasa Jawa FKIP UNS, Djoko Sulaksono menjelaskan saat ini penggunaan bahasa Jawa khususnya bahasa Jawa Krama dan Krama Inggil memprihatinkan.

Berdasarkan pengamatan, sudah jarang yang menggunakan bahasa Jawa. Sekalipun itu dengan teman sedaerah di mana hal ini sering terjadi saat di perantauan.

Baca juga: Suka Duka Kuliah di Inggris, Tak Melulu Seindah Feeds Instagram

Perhatikan kebijakan

Melihat perkembangan bahasa Jawa tersebut, Supana dan Djoko pun menyampaikan kritik dan sarannya. Mereka memberi pandangan dalam lingkup pendidikan formal, pendidikan keluarga, serta kebijakan pemerintah. Ada beberapa hal yang disoroti dua dosen UNS ini, antara lain:

1. Jam pelajaran Bahasa Jawa

Supana menekankan terkait jam pelajaran Bahasa Jawa yang diberikan 2 jam per minggu.
Padahal, belajar tentang Jawa bukan hanya mencakup bahasanya saja. Tetapi juga aksaranya, seni tradisionalnya, dan lain-lain.

Baca juga: Daya Tampung 17 Prodi UIN Sunan Kalijaga di SBMPTN 2021

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com