Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Erwin Hutapea
ASISTEN EDITOR

Penyelaras Bahasa dan penulis di Kompas.com, pemerhati kebahasaan, dan pengelola media sosial Bicara Bahasa

Imlek: Arti Kata dan Perkembangannya

Kompas.com - 12/02/2021, 08:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

KOMPAS.com – Masyarakat China di seluruh dunia dan warga negara Indonesia keturunan China kembali merayakan tahun baru Imlek yang diperingati pada Jumat (12/2/2021).

Warsa 2021 Masehi sama dengan tahun 2572 sesuai penanggalan atau kalender China, dan merupakan awal masuk ke tahun dengan shio Kerbau Logam.

Menilik sejarahnya, penamaan “Imlek” hanya berlaku di Indonesia. Terdapat dua istilah lain untuk menamakan perayaan tahun baru tersebut, yaitu Yuandan dan Xin Nian.

Baca juga: 5 Tradisi Unik Selama Tahun Baru Imlek dan Maknanya

Kedua nama itu muncul di China yang dikenal dengan julukan “Negeri Tirai Bambu” sebagai negara asalnya, dengan awal mula, arti, dan periode kemunculan yang berbeda.

Guru Besar Program Studi Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Prof Dr Hermina Sutami menjelaskan, perayaan Imlek ditentukan berdasarkan penanggalan bulan yang disebut penanggalan pertanian atau Nongli. Kata nong artinya pertanian, sedangkan li maknanya penanggalan.

Hal itu karena pada zaman dahulu, masyarakat China kuno yang memiliki mata pencarian bertani mengandalkan perputaran bulan dikaitkan dengan masa bercocok tanam.

Penanggalan Nongli disebut juga dengan penanggalan Yinli. Kata yin, sebagai salah satu unsur dalam filsafat China, merupakan unsur negatif atau feminin; dan berpasangan dengan yang, unsur positif atau maskulin.

Baca juga: Resep Lumpia Basah Rebung, Camilan Keberuntungan Saat Imlek


Dalam bahasa Hokkian Selatan, yinli berbunyi imlek. Selanjutnya, imlek lebih sering digunakan oleh penutur bahasa tersebut seiring dengan kehadiran mereka di Indonesia beberapa abad lalu. Meski demikian, belum ada catatan yang jelas mengenai waktu kedatangan mereka.

Kehidupan mereka pun berkembang sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki keturunan dan menyebar luas ke berbagai pelosok Tanah Air.

“Kata imlek lebih dikenal daripada yinli sampai-sampai dijadikan nama hari raya penduduk keturunan China di Indonesia,” ucap Hermina Sutami kepada Kompas.com, Rabu (10/2/2021).

Ia menambahkan, secara harfiah, tahun baru Imlek memiliki makna tahun baru penanggalan Yin, sedangkan dalam terjemahan bebas diartikan sebagai tahun baru penanggalan lunar atau bulan.

Warga bersembahyang di Klenteng Hian Thian Siang Tee Bio, Palmerah Selatan, Jakarta Barat, Kamis (11/2/2021). Tahun Baru Imlek kali ini pengurus vihara menyelenggarakan sembahyang malam Imlek kepada warga Tionghoa mulai pukul 06.00 - 20.00 WIB, dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga bersembahyang di Klenteng Hian Thian Siang Tee Bio, Palmerah Selatan, Jakarta Barat, Kamis (11/2/2021). Tahun Baru Imlek kali ini pengurus vihara menyelenggarakan sembahyang malam Imlek kepada warga Tionghoa mulai pukul 06.00 - 20.00 WIB, dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Adapun masyarakat kuno China menyebut tahun baru Imlek sebagai Yuandan, berasal dari kata yuan yang berarti awal, serta kata dan yang bermakna pertanian.

Dengan demikian, definisi hari raya tersebut maksudnya awal masa bertani yang jatuh pada tanggal 1 bulan 1 dalam penanggalan pertanian.

Baca juga: Polri Imbau Perayaan Imlek Digelar Secara Daring

Hermina menuturkan, kata yuandan muncul pada masa dinasti Selatan (420-589 M). Dalam kitab Jieya, terdapat seorang warga negara Liang bernama Xiao menuliskan puisi berisi harapan agar negaranya memiliki umur panjang.

“Bunyinya bermakna ‘tahun baru di awal empat musim, semoga dinasti ini berumur 10.000 tahun’,” ujarnya.

Kemudian, seorang pejabat tinggi dari dinasti Sui (581-618 M) pun menuliskan mengenai tahun baru Imlek dengan perkataan yang bermakna tanggal 1 bulan 1 sebagai awal bertani. Di samping itu, ada tiga buah awal lainnya, yaitu awal kematian, awal waktu, dan awal bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com