Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Hari Aksara, Kowani: Perempuan Jadi Pendidik Pertama dan Utama

Kompas.com - 29/09/2020, 15:27 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Hari Aksara Internasional yang diperingati setiap bulan September diharapkan menjadi momentum banyak pihak untuk tidak berhenti pada pengentasan buta aksara namun juga meningkatkan kemampuan literasi.

Narasi ini mengemuka dalam webinar "Indonesia Maju Terwujud Masyarakat Literasi yang Belajar Sepanjang Hayat", pada Selasa, 29 September 2020 yang digelar Kowani (Kongres Wanita Indonesia).

"Peringatan Hari Aksara Internasional yang diperingati setiap 8 September dapat dijadikan momentum bagi para Ibu sebagai pendidik yang pertama dan utama untuk melihat masalah keaksaraan sebagai masalah martabat dan hak asasi manusia," ujar Giwo Rubianto, Ketua Umum Kowani.

Dalam kesempatan tersebut, Giwo mengingatkan agar Indonesia tidak berpuas diri atas capaian angka melek aksara yang telah mencapai angka di atas 97 persen.

"Indonesia jangan berpuas diri. Hari Aksara Internasional ini diharapkan menjadi momentum meningkatkan semangat para pemimpin, penggiat pendidikan untuk pemberdayaan literasi masyarakat," ujarnya. 

Aksara literasi, menurutnya, bukan hanya terkait kemampuan baca tulis tetapi berbagai macam bentuk kemampyan untuk terlibat dalam pembelajaran sepanjang hidup dan berpartisipasi penuh dalam komunitas dan masyarakat.

Baca juga: Guru, Terapkan Making Connection untuk Tingkatkan Literasi Siswa

Tantangan penguatan literasi

"Kemampuan literasi menjadi kemampuan bagi setiap orang untuk dapat meningkatkan kualitas individu yang sifatnya multiply effect atau berkelanjutan," jelas Giwo.

Ia menyampaikan melalui peran ibu, maka dalam proses pendidikan keaksaraan akan lebih efektif dan efisein. "Oleh karenanya, pemberatasan buta dilakukan agar Bangsa Indonesia unggul tidak hanya dari sumber daya alam tapi juga sumber daya manusianya," tegasnya.

Giwo juga mengungkapkan, tantangan mengentaskan buta aksara semakin berat di tengah pandemi global Covid-19.

"Kowani terus berjuang mengentaskan buta aksara, di tengah pandemi, belum lagi tambahan tantangan untuk melek teknologi perlu makin diasah agar kemampuan literasi lebih dalam lagi," ujar Giwo.

Dalam kesempatan sama, Linda Agum Gumelar, Ketua Umum Kowani periode menyampaikan penuntasan buta aksara bukan sekadar angka statistik.

"Kemajuan pemberantasan buta aksara Indonesia perlu diiringi peningkatan literasi. Biar satu orang pun punya hak. Ini perjuangan yang harus kita lakukan," ujar Linda menegaskan.

Lebih jauh Linda mengungkapkan fakta memprihatinkan angka buta aksara terbesar berasal dari perempuan dan berasal dari kelompok miskin.

Linda melihat budaya patriaki yang masih mendominasi masyarakat menjadi salah tantangan dalam penguatan literasi dan pengentasan buta aksara.  

"Pengalaman organisasi Kowani dalam melakukan pendampingan, perempuan kerap masih mengalami ketidaksetaraan jender. Masih Rendah dorongan memberikan pendidikan untuk anak perempuan, terutama anak-anak perempuan di daerah 3T," ungkap Linda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com