KOMPAS.com - Sebanyak 16 negara yang akan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) pada 2024 khawatir dengan sebaran disinformasi di dunia digital.
Perusahaan riset pasar independen Ipsos dan UNESCO merilis survei soal dampak disinformasi dan ujaran kebencian secara digital.
Survei tersebut melibatkan 16 negara dengan mengambil sampel representatif dari populasi nasional tiap negara.
Keenam belas negara tersebut dipilih karena akan menggelar pemilihan umum (Pemilu) pada 2024, termasuk Indonesia.
Ada sekitar 500 sampel untuk tiap negara, sehingga total sampelnya yakni 8.000 orang. Sampel diambil untuk mewakili pengguna internet di atas 18 tahun.
Survei dilakukan pada 22 Agustus sampai 25 September 2023.
Baca juga: Survei Reuters: 68 Persen Masyarakat Indonesia Mengakses Berita dari Medsos
Hasil survei menunjukkan, 56 persen pengguna internet menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama untuk mengetahui informasi terbaru.
Sementara, sebanyak 44 persennya menjadikan televisi sebagai sumber informasi utama.
Dengan catatan, di kebanyakan negara dengan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) tinggi, masyarakatnya masih menjadikan televisi sebagai sumber informasi utamanya.
Negara tersebut, yakni Austria, Belgia, Kroasia, Romania, dan Amerika Serikat.
Sementara di Indonesia, pengguna internet menjadikan media sosial sebagai sumber informasi utama.
Hal serupa juga terjadi di negara dengan HDI menengah ke bawah.
Negara penyelenggara Pemilu 2024 lain yang paling banyak menggunakan media sosial sebagai sumber informasinya, yakni Algeria, Austria, Bangladesh, Republik Dominika, El Salvador, Ghana, India, Meksiko, Senegal, Afrika Utara, dan Ukraina.
Baca juga: Survei: Ibu Rumah Tangga Terdepan dalam Mengakes Konten Cek Fakta