Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Marcko Ferdian
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Marcko Ferdian adalah seorang yang berprofesi sebagai Mahasiswa. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kerja Sama RI-Jerman, Harapan Baru untuk Pendidikan Indonesia

Kompas.com - 26/06/2022, 09:49 WIB
Kompasianer Marcko Ferdian,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kolaborasi Indonesia-Jerman, Harapan Baru untuk Pendidikan Indonesia"

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, setelah dijemput di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Presiden Republik Federasi Jerman Frank-Walter Steinmeier bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Kunjungan tersebut setelah ditelusuri ternyata merupakan kunjungan kenegaraan yang bersamaan dengan peringatan 70 tahun relasi diplomatik kedua negara sejak tahun 1952.

Kunjungan kenegaraan Presiden Republik Federasi Jerman ini diagendakan selama 3 hari dimulai saat tiba di Indonesia tanggal 15-17 Juni 2022 dimana salah satu mata agendanya adalah mengunjungi kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Karena kunjungan ini adalah kunjungan kenegaraan, maka tata cara penyambutan dilakukan mengikuti aturan protokol sesuai UU No 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan.

Baca juga: Awali Kunjungannya ke Sejumlah Negara, Jokowi Menuju Jerman Akhir Pekan ini

Mengapa disebut kunjungan kenegaraaan?

Berpatokan pada UU Keprotokolan tersebut, kunjungan kenegaraan merupakan kunjungan seorang kepala negara dalam satu periode masa jabatan dan baru pertama kali diadakan dengan tujuan memperkenalkan diri atau mengawali perjanjian kerja sama kedua negara.

Kunjungan ini tentu berbeda ketika Presiden Joko Widodo melawat ke Amerika Serikat bulan Mei yang lalu. Jokowi hadir sebagai anggota ASEAN dalam KTT ASEAN-AS

Sifat kunjungan KTT tersebut adalah semi-multilateral sehingga tata cara penyambutan juga berbeda dengan kunjungan bilateral seperti kunjungan Presiden Republik Federasi Jerman kemarin.

Secara personal, kunjungan Presiden Jerman adalah kunjungan kedua tetapi sebagai pejabat negara, kunjungannya telah dilakukan sebanyak 2 kali.

Pertama di tahun 2014 saat dirinya menjabat Menteri Luar Negeri Jerman, sementara kali ini adalah kunjungan pertamanya sebagai presiden, Kepala Negara Republik Federasi Jerman sehingga sesuai aturan protokol, disebut kunjungan kenegaraan.

Persahabatan 70 tahun yang membawa harapan 

Entah dari mana asalnya, namun analogi persahabatan negara diserupakan dengan persahabatan individu manusia adalah analogi yang keren dan punya manfaat.

Lewat analogi tersebut, kedua negara bisa mengekpresikan rasa dan gairah untuk saling mendukung satu sama lain.

Kunjungan kenegaraan ini juga bertepatan dengan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Usia persahabatan yang sangat lama terjalin.

Di mata Jerman, Indonesia dianggap memiliki kemampuan tersendiri untuk menempatkan diri di tengah konflik geopolitik, kemampuan bertahan terhadap krisis ekonomi dan punya potensi sumber daya manusia yang mumpuni.

Perjumpaan kedua pemimpin negara dalam lawatan kenegaraan Jerman memberi harapan untuk Indonesia.

Hal ini terlihat ketika dalam diskusi dan diplomasi yang dilakukan sebelum kunjungan Presiden Jerman, ada beberapa capaian yang diperoleh.

Capaian tersebut khususnya dalam bidang pendidikan cukup terlihat, diantaranya ;

Ijazah SMK diakui di Jerman

Dilansir dari laman kemlu.go.id, peserta didik SMK Indonesia akhirnya berkesempatan menempuh pendidikan di Jerman.

Hal ini dimungkinkan karena ternyata ijazah SMK telah diakui oleh negara tersebut dengan sebuah basis data yang menampilkan seluruh institusi dan jenjang pendidikan yang sudah diakui mereka.

Jadi, kalau ada yang ingin melanjutkan studi sarjana di Jerman dengan ijazah SMK, bisa saja dilakukan.

Nah, basis data tadi telah dievaluasi oleh Zentralstelle fr auslndisches Bildungswesen atau ZAB, yaitu semacam kantor pusat yang membidangi pendidikan asing.

Basis data ini dikenal dengan Anabin yang mana untuk melihat kualifikasi ijazah SMK sebagai syarat melanjutkan studi di negara Der Panzer itu, dapat dicek melalui anabin.kmk.org.

Dengan basis data tersebut calon peserta dapat mencari informasi apakah kualifikasi akademik yang dimilikinya diakui Jerman atau tidak.

Tak hanya itu, merekapun bisa bekerja paruh waktu selama kuliah di sana dan yang paling keren setelah lulus dari kampus-kampus di Jerman, mereka bisa bekerja langsung di sana. 

Get-in CICERO dan DESA App

Masih dari dunia pendidikan, kunjungan Presiden Steinmeier ke Indonesia boleh dibilang menjadi angin segar untuk kolaborasi pendidikan tinggi Indonesia dengan Jerman.

Sebagai negara yang terkenal dengan perkembangan IPTEK dan penguasaan berbagai teknologi maju, Jerman menjadi pioneer untuk peluang kerja sama antar institusi pendidikan tinggi kedua negara.

Hal ini terlihat dari kunjungan hari ke tiga, 17 Juni 2022 di Yogyakarta. Presiden Jerman menjadi saksi pameran produk penelitian di Balairung UGM (link berita).

Beberapa penelitian yang dipamerkan merupakan kolaborasi dosen UGM dan Univerity of Passau Germany serta Rheinisch-Westflische Technische Hochschule Aachen University atau RWTH Aachen University.

Produk yang dihasilkan adalah Digital Extension Society for Agriculture (DESA app) dan proyek kerjasama pendidikan-penelitian kampus lewat German-Indonesia Geo-Campus in Indonesia for Competence in Education and Research for Organizations (Get-in CICERO).

Baca juga: Aksi Nasida Ria di Jerman, Sukses Ajak Bule Berjoget lewat Kasidah

Setiap kunjungan kenegaraan pemimpin negara sahabat ke Indonesia, kayaknya diawali dengan berbagai pembicaraan dan perjanjian antar kedua negara melalui para diplomat.

Banyak kesepakatan kerjasama yang berhasil dicapai sehingga saat pemimpin kedua negara bertemu, yang dilakukan hanya seremoni dan pertukaran draft yang sebelumnya sudah disepakati.

Kelihatannya sih seperti itu, dan syukurlah kali ini dunia pendidikan mendapat porsi yang baik sehingga memberi kesempatan dan harapan untuk pendidikan Indonesia kembali menghasilkan generasi cerdas dan berpandangan luas untuk memajukan bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com