Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko Airlangga: Harga Mi Instan Berpotensi Naik Akibat Perang Rusia dan Ukraina

Kompas.com - 28/05/2022, 07:30 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Perang antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan, namun upaya untuk mengakhiri konflik masih belum tercapai hingga saat ini.

Perang Rusia dan Ukraina bukan hanya berdampak bagi kedua negara tersebut, tetapi juga berpengaruh bagi situasi perekonomian global.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, perang Rusia dan Ukraina memang tidak berdampak secara signifikan bagi perekonomian Indonesia.

Meski begitu, perang kedua negara tersebut berpotensi mengganggu pasokan gandum sehingga bisa menyebabkan kenaikan harga produk turunannya, termasuk mi instan.

Airlangga menjelaskan, transaksi perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina hanya sekira 2 miliar dollar AS per tahun, sehingga kedua negara tersebut bukanlah mitra dagang utama Indonesia.

Baca juga: Mark Zuckerberg Dilarang Masuk Rusia Selamanya, Apa Penyebabnya?

Akan tetapi, perang antara keduanya tetap berpotensi menggangu pasokan gandum di Indonesia, yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan mi.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (24/5/2022), Airlangga menjelaskan, 40 persen kebutuhan gandum di dalam negeri diimpor dari Ukraina.

"Dampaknya dapat terasa pada pasokan gandum, karena 40 persen kebutuhan gandum kami (Indonesia) diimpor dari Ukraina," kata Airlangga.

Airlangga menuturkan, terganggunya pasokan gandum di Indonesia dapat membuat harga komoditas tersebut naik, sehingga bisa memicu kenaikan harga mi instan.

Oleh sebab itu, perusahaan produsen mi instan bisa saja menaikkan harga jual produknya karena ada kenaikan biaya produksi.

Baca juga: Daftar 29 Orang Dilarang Masuk Rusia Selamanya, Termasuk Mark Zuckerberg

"Ini akan memberikan dampak pada perusahaan mi instan, sehingga bisa saja mereka menaikkan harga produknya," ujar Airlangga.

"Ini akan menimbulkan inflasi yang berasal dari mi, padahal dalam 3 tahun terakhir inflasi mi instan mendekati nol persen," imbuhnya.

Airlangga melanjutkan, upaya untuk menjaga pasokan gandum di dalam negeri telah dilakukan.

Dia mengungkapkan, Pemerintah Indonesia telah menandatangani kontrak impor yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gandum setidaknya hingga September 2022.

Airlangga mengatakan, saat ini kenaikan harga pangan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi sebagian besar negara di dunia. Gejolak ekonomi global membuat harga sejumlah komoditas pangan utama naik.

Baca juga: Anjlok Akibat Sanksi, Rusia Diprediksi Butuh Waktu Lama untuk Pulihkan Ekonominya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com