Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
charles dm
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama charles dm adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Hindari 5 Topik Pembicaraan Ini Saat Silaturahmi Lebaran

Kompas.com - 01/05/2022, 10:52 WIB
Kompasianer charles dm,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Hindari Nyinyir, Gibah, dan Riya, 5 Topik Ringan Ini Niscaya Perkuat Silaturahmi Lebaran"

KOMPAS.com - Salah satu momen yang ditunggu saat Hari Raya Idul Fitri adalah silaturahmi dengan sahabat, keluarga, dan kenalan.

Kesempatan yang ditunggu-tunggu yang membuat orang rela mengorbankan banyak hal, entah waktu, tenaga, maupun uang agar bisa bertemu muka.

Sudah menjadi bagian dari tradisi di negeri ini, menjelang Lebaran, orang memilih pulang kampung. Bahkan ada yang rela menempuh perjalananan jauh nan melelahkan, menembus kemacetan, dan melewati berbagai rintangan. Semua demi dan hanya untuk silaturahmi.

Dalam dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19, aktivitas mudik mengalami pembatasan. Banyak orang terpaksa menahan diri untuk tidak bepergian. Pertemuan dengan keluarga diantarai oleh dan rasa rindu pada orang-orang terdekat disalurkan melalui teknologi.

Baca juga: Alasan Kemnaker BSU Rp 1 Juta Gagal Cair Sebelum Lebaran

Situasi tahun ini semakin kondusif. Memungkinkan silaturahmi dijalin secara luring. Tak mengherankan situasi mudik tahun ini seperti kembali ke masa-masa sebelum dunia dihantam Covid-19.

Bila kita memendam niat yang besar, kerinduan yang semakin membuncah, dan pengorbanan yang tidak sedikit, apakah kemudian kita rela merusak kesempatan istimewa itu dengan pembicaraan yang justru menodai silaturahmi?

Dalam pembicaraan, kita jelas dibatasi oleh etika dan etiket. Hal ini untuk menjaga agar lawan bicara tidak merasa terganggu atau disakiti.

Selain itu, rambu-rambu tersebut memungkinkan pembicaraan itu berhasil guna. Memberikan manfaat positif, alih-alih memanen petaka.

Rasa rindu setelah sekian lama tak berjumpa dari muka ke muka, mengikatkan tali persaudaraan, memberikan pelajaran, hingga mendapat pelajaran dari pihak lain adalah sedikit dari manfaat dari komunikasi yang baik.

Saat kita berbicara, berinteraksi, kita justru memberi manfaat dan membantu kita menjadi lebih dekat dengan orang lain. Berbicara akan mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bila dilakukan dengan benar.

Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah topik pembicaraan. Penting kiranya menghindari topik sensitif kecuali berbicara dengan seseorang yang kita tahu betul latar belakangnya dan dilakukan pada waktu yang pas.

Seperti kita tahu dan sadari, topik sensitif itu lebih tepat dibicarakan di tempat pribadi atau di ruangan tertentu. Jika yang kita hadapi adalah beragam orang dengan latar belakang berbeda dan dalam suasana yang seharusnya membangun kedekatan, sebaiknya topik-topik yang berpotensi menyulut polemik dan menyinggung perasaan lawan dihindari.

Lantas, topik apa saja yang sebaiknya tidak diangkat saat silaturahmi Lebaran?

1. Politik

Bukan rahasia lagi, topik seputar politik kerap memantik perbedaan pandangan dan sikap yang tajam. Tidak hanya terjadi di ruang publik, tetapi juga merambah hingga ke ruang-ruang privat.

Banyak cerita yang kita tangkap menunjukkan bahwa soal politik lebih mudah menyulut perbedaan pendapat yang membuat perang kata-kata bahkan hingga aksi tak terpuji mudah terjadi.

Kinerja dan kebijakan pemerintah, sikap partai politik, juga proyeksi pemerintahan ke depan adalah sejumlah topik yang mudah memancing perdebatan.

Apalagi dalam hitungan tahun, Indonesia akan menggelar hajatan politik akbar. Tahun 2024 akan menjadi tahun politik. Pemilu dan Pilkada serentak digelar di tahun yang sama. Aroma politik sudah mulai tercium.

Sebaiknya topik-topik tersebut dihindari saat silaturahmi Lebaran tahun ini. Walaupun selalu "seksi" tetap tidak dianjurkan untuk diangkat bila tidak ingin perjumpaan di momen istimewa itu menjadi panas.

2. Kehidupan sosial

Dalam satu keluarga bisa saja memiliki banyak perbedaan. Pertemuan antara orang dari daerah berbeda, pengalaman berbeda, pendidikan berbeda, jenjang karier berbeda, bahkan agama berbeda, membuat topik tentang kehidupan sosial seseorang rentan menjadi perdebatan dan menyinggung perasaan orang.

Keragaman tersebut hendaknya disikapi secara bijak. Tidak membicarakan perbedaan karier, kondisi sosial ekonomi, serta nilai-nilai moral dan agama yang dianut.

Tak kalah penting, agama sudah melarang gibah dan riya. Gibah dari bahasa Arab "ghaabaa yaghiibu ghaiban". Arti etimologisnya adalah "ketidakhadiran seseorang."

Kata itu kemudian diterjemahkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai kegiatan membicarakan keburukan (aib) orang lain alias bergunjing.

Surat Hujurat Ayat 12 sudah memberi peringatan:

"Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang."

Sementara itu riya yang berasal dari kata "Arriyaa'u" berarti memperlihatkan atau pamer. Memperlihatkan sesuatu baik itu barang atau perbuatan agar dilihat orang lain dan mendapat pujian.

Baca juga: 5 Kampung Tematik di Kota Malang yang Bisa Dikunjungi Saat Lebaran

Menukil tribunnews.com (21/10/2021), dikenal beberapa jenis riya. Ada riya kholish atau riya perbuatan yang dimaksudkan untuk melakukan ibadah semata-mata untuk mendapat pujian. Jenis ini dibagi atas:

  • riya badan, misalnya memamerkan tubuh langsing dengan alasam karena rajin berpuasa.
  • riya pakaian, misalnya berhijab panjang hanya karena untuk dianggap sebagai orang alim.
  • riya ucapan, misalnya melantunkan ayat-ayat Alqur'an dengan suara yang merdu dan fasih dihadapan orang hanya karena ingin dipuji.

Selain itu, ada riya syirik atau riya niat. Perbuatan yang dilakukan untuk menjalankan perintah Allah tetapi juga didorong oleh kehendak untuk menuai perhatian dan pujian.

Soal riya, apa pun itu, Al Baqarah: 264 tegas mengatakan, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan..."

Dengan demikian, membicarakan keburukan orang lain, nyinyir, memamerkan harta dan perbuatan agar mendapat pujian kala silaturahmi Lebaran, bukanlah pilihan yang terpuji.

3. Masalah pribadi

Ketiga, masih terkait poin kedua namun lebih bersifat pribadi. Hubungan pribadi seseorang seperti pernikahan, pertunangan, atau jenis relasi seseorang dalam berbagai bentuk dan tingkatan, berikut seks, kematian, hubungan/relasi masa lalu, kesehatan, hingga penampilan seseorang, sebaiknya dihindari.

Biarlah hal-hal tersebut menjadi konsumsi pribadi dan rahasia masing-masing orang. Jangan sampai menjadi konsumsi bersama yang pada gilirannya memutus tali silaturahmi.

4. Canda berlebihan

Keempat, dalam berkomunikasi terkadang kita mengalami hambatan. Topik yang tidak "nyambung", suasana pembicaraan yang terasa hambar, terkadang mudah memantik seseorang untuk melancarkan strategi tertentu. Salah satunya adalah melalui guyonan atau lelucon.

Namun, tidak semua lelucon bakal mendatangkan tawa dan sukacita. Bila guyonan itu terlalu berlebihan, agresif, dan terkesan "garing" maka akan membawa dampak sebaliknya.

Maka, pandai-pandailah mencairkan suasana dan menarik perhatian orang.

Lima rekomendasi topik pembicaraan

Dengan banyaknya batasan terkait topik pembicaraan, bakal membuat kita kehabisan topik? Tentu tidak.

Masih banyak topik menarik lainnya yang bisa diangkat. Topik-topik ini bisa menjaga atmosfer pembicaraan agar tetap netral, selebihnya justru bisa menjadi hangat.

1. Seni dan hiburan

Pertama, seni dan hiburan seperti film dan acara televisi, restoran populer, musik populer, dan buku.

Kita bisa memulai dengan pertanyaan, "Apakah Anda membaca buku-buku bagus? Saya bisa kasih beberapa rekomendasi."

"Apakah ada podcast yang kamu suka? Sudahkah Anda mencoba aplikasi atau game baru akhir-akhir ini?"

Namun perlu dicatat, pembicaraan tentang filim, televisi, atau buku perlu dibatasi bila lawan bicara atau orang lain belum melihat, membaca, atau tidak menyukainya.

Temukan beberapa kesamaan dan bangun pembicaraan dari sana. Ingatlah obrola ringan ini hanya untuk membangun jembatan antara kita dan orang lain.

2. Olahraga

Keduaolahraga, acara olahraga, tim kesukaan.

Kita bisa menyiapkan diri dengan informasi dan perkembangan seputar olahraga yang tengah dimainkan seperti sepak bola, badminton, balap motor (seperti MotoGP), balap mobil (seperti F1), tenis, basket, dan sebagainya.

Bila lawan bicara ada yang mendukung tim rival, maka sebaiknya dibatasi. Ketimbang fokus pada perbedaan antartim, sebaiknya menjaga diskusi lebih pada hal-hal yang umum seperti pemain atau pelatih.

3. Seputar keluarga

Ketiga, keluarga. Ini topik yang tak terhindarkan. Setelah sekian lama tak bertemu, kita akan saling bertanya kabar masing-masing.

Topik seputar keluarga terkadang menjadi pembuka percakapan yang baik. Namun, tetap berhati-hati agar tidak masuk ke hal-hal sensitif seperti kehidupan seksual, rencana memiliki anak (akan menjadi pukulan bagi orang yang memiliki masalah kesuburan), pasangan, dan hubungan dalam berbagai tingkatan.

4. Makanan

Keempat, topik yang bisa menjadi pemersatu adalah soal makanan. Topik ini bisa menarik perhatian setiap orang. Pembicaraan seputar makanan favorit, restoran kesukaan, menu favorit saat puasa, hingga aktivitas memasak.

5. Cuaca

Kelima, topik-topik aktual lainnya seperti cuaca. Hal paling lazim dalam pembicaraan adalah tentang cuaca dan keadaan lingkungan.

Baca juga: Daftar Harga Bahan Pokok yang Naik Jelang Lebaran

Pembicaraan tentang cuaca yang terjadi belakangan, perubahan suhu yang tiba-tiba, biasanya mudah menarik perhatian.

Topik-topik ringan ini bisa menjadi jembatan menuju silaturahmi yang hangat dan membuat Lebaran kali ini sungguh berkesan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com