Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ayu Diahastuti
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

5 Tips Sederhana Menghadapi Gejala Halusinasi dan Delusi

Kompas.com - 28/04/2022, 22:16 WIB
Kompasianer Ayu Diahastuti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

2. Pastikan ada jeda dalam setiap mengambil keputusan 

Sebagai seorang penyandang hipotiroid, penulis sering mengalami mood swing. Penulis juga banyak belajar untuk menjaga kesadaran dengan mengizinkan diri diam sejenak, mengambil jeda.

Ingat, keputusan yang kita ambil berdasar emosi biasanya lebih banyak merugikan daripada menguntungkan kita. Jadi, jangan sungkan bila kita berkata pada lawan bicara kita, "maaf, saya lagi capek, kita bicarakan ini besok, ya?"

3. Salurkan setiap emosi dengan benar 

Emosi marah dan takut merupakan contoh dua emosi dasar yang biasanya kita hindari. Sebagian besar dari kita lebih memilih untuk menekan emosi. 

Kita lebih memilih untuk menekan marah agar tetap terlihat tampil baik, atau menyembunyikan takut karena menjadi pribadi dengan pilihan yang berbeda dengan yang lain. 

Jika hal ini dibiarkan, maka kita bisa mengalami gejala psikosis.

Beberapa cara untuk mencegahnya adalah dengan menangis, corat-coret di kertas sesuka Anda, atau "curhat" kepada teman terpercaya.

4. Kendalikan diri semampunya 

Segala yang tidak pasti di luar sana seperti penyebaran virus, timbulnya penyakit baru, ekonomi yang tidak menentu, atau situasi lain yang tidak mampu kita kendalikan, biarkan saja terjadi. 

Lakukan apa yang dapat kita lakukan. Kendalikan apa yang dapat kita kendalikan. Cuci tangan, jaga jarak, pakai masker, kurangi mobilitas. Kalaupun harus beraktifitas di luar rumah secara rutin, selalu patuhi protokol kesehatan

5. Minimalkan ekspektasi yang berlebih 

Hidup "berjarak" secara fisik, menggiring manusia kekinian melibatkan gawai dalam berbagai manifestasinya di kehidupan sosial. Eksistensi kehidupan sosial manusia harus kita akui banyak didominasi oleh media sosial.

Tuntutan dunia maya tak dapat disangkal memberi pengaruh besar pada pertumbuhan mentalitas, seakan memaksa kita hidup di masa depan. Berekspektasi lebih dari apa yang saat ini, sekarang ini terjadi pada kehidupan kita. 

Kita seakan dituntut untuk lebih dari ini, lebih dari itu, bersaing dengan ini, berkompetisi dengan itu. Seakan tidak ada ruang untuk "cukup" atau "gagal". Tanpa kita sadari bahwa kita pun sebenarnya perlu menyediakan ruang bagi "kegagalan" yang mungkin terjadi dalam hidup kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com