Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Soroti Pembagian BPNT: Agen Makin Untung, Petani Tetap Buntung

Kompas.com - 25/04/2022, 15:44 WIB
Farid Assifa

Penulis

Hasilnya ada sekitar Rp 20.000 hingga 30.000 selisih dari harga dan uang yang seharusnya menjadi hak KPM dari paket tersebut.

“Tadi kan sudah dicek di warung ada selisih sekitar Rp 22.500. Itu cek di warung bukan di grosir atau agen yang pasti lebih murah. Kalau di supplier atau agen mungkin ada keuntungan sekitar Rp 50.000 dalam satu paket,” kata Kang Dedi.

Menurut Kang Dedi Mulyadi, tujuan dari pemberian bantuan tersebut salah satunya adalah memberdayakan ekonomi sekitar agar terus hidup. Seperti membeli telur, ayam, daging, sayuran, telur, buah-buahan dari petani di desa sekitar.

“Sehingga produk pertanian di sini terserap. Salah satu tugas saya di Komisi IV DPR RI adalah memastikan produk pertanian terserap dan harga tidak jatuh, salah satunya dengan pemberdayaan ekonomi lokal,” katanya.

Dari hasil penelusuran Dedi paket tersebut didapat dari seorang supplier atau agen yang berasal dari Subang. Sementara pemilik warung atau toko di desa hanya mendapat drop barang dan keuntungan Rp 9 ribu per PKM.

“Kalau seperti ini mah tidak ada perputaran ekonomi di desa. Jadi supplier semakin untung, petani tetap buntung,” ujar Kang Dedi Mulyadi.

Untuk memastikan mekanisme penerimaan BPNT, Dedi menelepon langsung Koordinator Pendamping PKH Purwakarta Iyan Hidayat.

Dari keterangannya dijelaskan bahwa KPM penerima bantuan bebas menentukan sendiri barang yang akan dibeli dan tidak menerima langsung dalam bentuk paket.

Baca juga: Tempuh Perjalanan 7 Jam, Mimpi Bocah Tulang Rapuh Bertemu Dedi Mulyadi Akhirnya Terwujud

Terpenting, kata Iyan, tempat KPM berbelanja telah memiliki mesin EDC sebagai alat transaksi.

“Dalam Juknis BPNT tidak ada istilah pemaketan, tapi bebas sesuai dengan kebutuhan KPM,” ucapnya.

Terkait hal tersebut Kang Dedi Mulyadi meminta agar PKH segera menindaklanjuti temuannya di Desa Tanjungsari. Sebab besar kemungkinan hal tersebut juga terjadi di desa dan kabupaten lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com