Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Tukang Parkir Dadakan, Dedi Mulyadi Bedebat dengan Juru Parkir Liar di Pasar

Kompas.com - 16/04/2022, 09:47 WIB
Farid Assifa

Penulis

“Sebenarnya kalau pengelolaan benar itu misal dalam satu hari satu titik bisa dapat Rp 300.000 hingga 400.000 nanti petugas parkir resmi bisa dapat Rp 100.000 sampai Rp 150.000. Uang itu tidak ke preman atau oknum, tapi dinikmati petugas dan masyarakat,” katanya.

“Sehingga dari parkir negara diuntungkan, petugas parkir sejahtera. Kemudian nanti petugas diasuransikan kesehatan dan kecelakaan kerja. Uang parkir bisa dibangun untuk tata pasar, tata trotoar, bangun rumah rakyat miskin,” lanjut Dedi.

Ia menduga dalam satu hari ada uang Rp 5 juta hingga Rp 6 juta yang dinikmati oleh preman dan oknum. Sehingga hal tersebut harus segera diselesaikan agar pendapatan negara bisa bertambah untuk merealisasikan program yang bermanfaat untuk masyarakat.

Dari hitungan kasar di Pasar Leuwipanjang dan Pasar Rebo seharusnya pemerintah bisa mendapat pemasukan dari parkir Rp 4 miliar per tahun.

“Kalau se-kabupaten saja parkir liar bisa hilang Rp 5 miliar hingga Rp 6 miliar. Uang itu seharusnya bisa digunakan untuk bangun rumah rakyat atau penataan lainnya,” ujarnya.

Untuk itu, Dedi meminta pemerintah segera melakukan penataan dan penertiban di setiap titik parkir potensial. Selain itu, petugas pun harus disiapkan dan dibekali dengan identitas resmi.

“Kan sekarang sudah tidak pakai tiket, kemudian hanya pakai rompi saja. Kalau seperti itu saru, harus ada seragam dan identitas. Karena sekarang ini modal piriwit (peluit) saja orang bisa jadi tukang parkir,” ucap Kang Dedi Mulyadi.

Baca juga: Rayakan Ultah Ke-51, Dedi Mulyadi Kisahkan Masa Penderitaannya: Dulu Pernah Tidak Makan 3 Hari

Dedi mengaku menjadi tukang parkir dadakan tidak bermaksud mencampuri urusan receh. Namun karena Purwakarta masuk dapil dirinya, maka ia merasa memiliki kewajiban untuk membenahinya.

"Memang sekilas itu recehan ya. Tapi ternyata per tahun pendapatan parkir itu mencapai miliran rupiah. Itu baru dari pasar di kota kecil, bagaimana dengan kota-kota besar. Perputaran uangnya pasti akan lebih besar," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com