Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan WHO Sebut Omicron Bukan Penyakit Ringan

Kompas.com - 08/01/2022, 16:53 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Masyarakat di dunia diimbau agar tidak meremehkan Omicron, varian baru Covid-19 dengan kode B.1.1.529.

Peringatan itu disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia menyusul merebaknya Omicron di sejumlah negara termasuk Indonesia.

Menurut WHO, varian Omicron memang tidak menyebabkan penyakit parah. Namun daya tularnya tinggi dibanding varian sebelumnya.

Namun demikian, varian Omicron tidak boleh dikategorikan sebagai peyakit ringan.

"Meskipun Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, tidak berarti dikategorikan ringan," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanim Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa sebagaimana dilansir dari Kompas.com, Sabtu (8/1/2022).

Baca juga: WHO Sebut Omicron Bukan Penyakit Ringan

Menurut Tedros, Omicron bisa menyebabkan penderitanya dirawat di rimah sakit dan membunuh manusia, sebagaimana varian sebelumnya.

Potensi tsunami Covid-19

Mengutip Reuters, Kamis (6/1/2022), Tedros memperingatkan potensi 'tsunami' Covid-19 akibat infeksi global melonjak karena varian Omicron dan Delta. Hal ini akan menyebabkan sistem perawatan kesehatan kewalahan.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, pimpinan WHO untuk manajemen klinis Janet Diaz memaparkan, bahwa studi awal menunjukkan risiko rawat inap akibat Omicron lebih rendah dibandingkan dengan varian Delta.

Varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika selatan dan Hong Kong pada November 2021 ini, tampaknya tidak menyebabkan keparahan penyakit pada kelompok usia muda dan dewasa.

Pernyataan terkait penurunan risiko penyakit parah dibarengi dengan data lain, termasuk riset dari Afrika Selatan dan Inggris.

Akan tetapi, laporan yang ada sejauh ini tidak memberikan rincian lengkap tentang studi maupun usia pasien yang dianalisis. Dampak varian Omicron pada orang tua merupakan salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab, karena sebagian besar kasus yang dipelajari meneliti kelompok usia yang lebih muda.

Pemerataan distribusi vaksin

Selain itu, Tedros mengulangi seruannya untuk kesetaraan global terkait distribusi dan akses ke vaksin Covid-19.

"Berdasarkan tingkat peluncuran vaksin saat ini, 109 negara tidak dapat mencapai target WHO untuk 70 persen populasi dunia untuk divaksinasi penuh pada Juli," kata Tedros.

Target ini, dinilai dapat mengakhiri pendemi Covid-19 yang telah berjalan selama dua tahun.

"Vaksin booster di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran orang sama sekali tidak terlindungi (vaksin)," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com