Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Pandemi Covid-19 Bisa Dikalahkan Pada 2022, asalkan…

Kompas.com - 02/01/2022, 12:48 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Sudah hampir dua tahun berlalu sejak Covid-19 dinyatakan pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hingga kini virus corona masih menjadi momok menakutkan bagi warga dunia.

Covid-19 terus bermutasi dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Mulai dari varian Delta hingga yang terkini varian Omicron.

Di tengah penyebaran varian Omicron yang masih meluas ini, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melihat masih ada harapan bahwa pandemi Covid bisa dikalahkan di tahun 2022 ini.

Baca juga: WHO Optimis Pandemi Covid-19 Bisa Dikalahkan Tahun 2022

Namun hal itu tidak akan terjadi begitu saja. Menurutnya, pandemi Covid-19 bisa berlalu asalkan negara-negara di dunia dapat saling bekerja sama untuk mengatasi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus corona itu.

Seperti diberitakan BBC Indonesia, Sabtu (1/1/2022), Tedros memperingatkan akan bahaya 'nasionalisme sempit dan penimbunan vaksin’, dalam pernyataannya di sambutan Tahun Baru 2022.

Dalam catatan WHO, kasus Covid-19 sudah mencapai angka 287 juta kasus di seluruh dunia. Hampir 5,5 juta orang menjadi korban jiwa akibat infeksi virus tersebut.

Ilustrasi berbagai varian Covid-19.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ilustrasi berbagai varian Covid-19.

Virus corona masih tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dalam dua tahun terakhir ini membuat kehidupan masyarakat berubah drastis. Mereka bisa terpisah keluarganya, dan juga kini orang-orang tidak terpikir untuk meninggalkan rumah tanpa membawa masker.

Baca juga: Covid-19 Kembali Merebak di Antarktika

Tedros, dalam pidato sambutan Tahun Baru 2022, menekankan bahwa sekarang ada lebih banyak alat untuk mengobati Covid-19.

Kendati demikian, ia tetap meminta ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin harus diatasi. Sebab hal ini masih terjadi hingga kini dan telah meningkatkan risiko virus untuk terus berevolusi dan bermutasi.

"Nasionalisme sempit dan penimbunan vaksin oleh beberapa negara telah merusak kesetaraan serta menciptakan kondisi ideal untuk kemunculan varian Omicron, dan semakin lama ketidaksetaraan ini berlanjut, semakin tinggi risiko virus untuk berevolusi dengan cara yang tidak dapat kita cegah atau prediksi," ujar Tedros.

"Jika kita mengakhiri ketidakadilan, kita mengakhiri pandemi," imbuh Tedros.

Orang-orang mengantre di depan pusat vaksinasi departemen kesehatan setempat di Frankfurt, Jerman, Senin (15/11/2021). Jumlah infeksi Covid-19 kembali meningkat di Jerman.AP PHOTO/MICHAEL PROBST Orang-orang mengantre di depan pusat vaksinasi departemen kesehatan setempat di Frankfurt, Jerman, Senin (15/11/2021). Jumlah infeksi Covid-19 kembali meningkat di Jerman.

Lebih lanjut dalam pernyataannya, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menyinggung perihal rendahnya tingkat vaksinasi Covid-19 di sejumlah negara.

Sejauh ini, berdasarkan laporan vaksinasi Covid-19, sebagian besar populasi di Eropa dan Amerika sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin.

Sayangnya, target vaksinasi Covid-19 penuh yang ditetapkan WHO di 40 persen populasi di setiap negara pada akhir tahun 2021, tidak tercapai di sebagian besar wilayah Afrika.

Baca juga: WHO Peringatkan “Tsunami” Kasus Covid-19 dan Tekanan pada Sistem Kesehatan

Tedros, sebelumnya juga mengkritik negara-negara kaya karena 'melahap' pasokan vaksin Covid global. Negara-negara itu telah memvaksinasi penuh sebagian besar populasi mereka, sementara negara lain masih menunggu dosis pertama.

WHO telah menetapkan tujuan baru untuk tahun 2022. Target vaksinasi Covid-19 di tahun 2022 yakni 70 persen populasi di semua negara pada Juli 2022 untuk mengakhiri pandemi Covid-19.

(Sumber:Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com