Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembelian Newcastle dan Tudingan Arab Saudi "Cuci Diri" lewat Olahraga

Kompas.com - 10/10/2021, 10:47 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu klub sepak bola bergengsi Liga Primer Inggris, Newcastle, resmi diambilalih konsorsium Arab Saudi senilai 305 juta pound sterling atau Rp 5,9 triliun.

Namun kesepakatan itu menuai kontroversi besar. Sebab, Arab Saudi dituduh berusaha mengalihkan perhatian dari catatan buruk hak asasi manusia.

Negara kerjaan itu dituding berusaha untuk membersihkan diri melalui olahraga. Sebab, negara itu memiliki catatan buruk dalam hak asasi manusia.

Beberapa catatan buruk itu sebagaimana disampaikan Amnesty International antara lain penahanan Lina al-Hathloul karena memprotes hak perempuan untuk mengemudi.

Baca juga: Tunangan Khashoggi Mengutuk Pembelian Newcastle United oleh Konsorsium Arab Saudi

Catatan kelam lainnya adalah tudingan keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi meski tudingan itu dibantah Salman sendiri.

Diketahui bahwa Mohammed bin Salman adalah ketua Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi, yang membiayai konsorsium untuk membeli Newcastle.

Namun demikian, konsorsium menyatakan bahwa dana pembelian Newcastle adalah terpisah dari negara.

Keraguan kritikus

Pernyataan itu diragukan sejumlah kritikus.

Greg Tomlinson, dari Newcastle United Supporters' Trust (NUST), mengatakan:

"Klub dibeli dan dijual pada tingkat tertinggi oleh miliarder dan negara berdaulat, dan kami tidak memiliki suara dalam hal itu.

"Tetapi sebagai organisasi pendukung, kami akan selalu menentang diskriminasi dan penyalahgunaan hak asasi manusia," katanya.

"Kami akan menggunakan pengaruh kami untuk melakukan perubahan sejauh kami mampu."

Pimpinan Amnesty International di Inggris, Sacha Deshmukh mengatakan menilai, kesepakatan ini merupakan cara otoritas Arab Saudi untuk membersihkan diri dari catatan buruk hak asasi manusia di negara itu.

"Sejak kesepakatan ini pertama kali dibicarakan, kami mengatakan ini merupakan upaya otoritas Saudi untuk membersihkan catatan hak asasi manusia mereka yang mengerikan dengan sepak bola papan atas yang glamor," kata Deshmukh dilansir BBC Indonesia, Jumat (8/10/2021).

Amanda Staveley, pimpinan konsorsium PIF, membantah pengambilaihan itu merupakan bagian dari upaya Arab Saudi menjadikan olahraga sebagai pencucian dari isu HAM.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com