Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pembelian Newcastle dan Tudingan Arab Saudi "Cuci Diri" lewat Olahraga

Namun kesepakatan itu menuai kontroversi besar. Sebab, Arab Saudi dituduh berusaha mengalihkan perhatian dari catatan buruk hak asasi manusia.

Negara kerjaan itu dituding berusaha untuk membersihkan diri melalui olahraga. Sebab, negara itu memiliki catatan buruk dalam hak asasi manusia.

Beberapa catatan buruk itu sebagaimana disampaikan Amnesty International antara lain penahanan Lina al-Hathloul karena memprotes hak perempuan untuk mengemudi.

Catatan kelam lainnya adalah tudingan keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi meski tudingan itu dibantah Salman sendiri.

Diketahui bahwa Mohammed bin Salman adalah ketua Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi, yang membiayai konsorsium untuk membeli Newcastle.

Namun demikian, konsorsium menyatakan bahwa dana pembelian Newcastle adalah terpisah dari negara.

Keraguan kritikus

Pernyataan itu diragukan sejumlah kritikus.

Greg Tomlinson, dari Newcastle United Supporters' Trust (NUST), mengatakan:

"Klub dibeli dan dijual pada tingkat tertinggi oleh miliarder dan negara berdaulat, dan kami tidak memiliki suara dalam hal itu.

"Tetapi sebagai organisasi pendukung, kami akan selalu menentang diskriminasi dan penyalahgunaan hak asasi manusia," katanya.

"Kami akan menggunakan pengaruh kami untuk melakukan perubahan sejauh kami mampu."

Pimpinan Amnesty International di Inggris, Sacha Deshmukh mengatakan menilai, kesepakatan ini merupakan cara otoritas Arab Saudi untuk membersihkan diri dari catatan buruk hak asasi manusia di negara itu.

"Sejak kesepakatan ini pertama kali dibicarakan, kami mengatakan ini merupakan upaya otoritas Saudi untuk membersihkan catatan hak asasi manusia mereka yang mengerikan dengan sepak bola papan atas yang glamor," kata Deshmukh dilansir BBC Indonesia, Jumat (8/10/2021).

Amanda Staveley, pimpinan konsorsium PIF, membantah pengambilaihan itu merupakan bagian dari upaya Arab Saudi menjadikan olahraga sebagai pencucian dari isu HAM.

Staveley menegaskan bahwa mitranya bukan Arab Saudi, melainkan PIF yang diketuai Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi.

"Mitra kami bukan negara Saudi, ini PIF. Saya butuh empat tahun untuk sampai ke sini, dan saya telah bekerja dengan tim hebat," katanya.

"Saya percaya pada penilaian mereka tentang apa yang bagus untuk Newcastle," lanjutnya.

Sikap suporter

Meski menuai kontroversi, pembelian Newcastle didukung mayoritas suporter.

Berdasarkan survei yang dibuat Newcastle United Supporters' Trust (NUST), sebanyak 93,8 persen anggotanya mendukung pengambialihan itu. Namun angka ini turun dari tahun sebelumnya, 97 persen.

Para suporter hanya berharap bahwa pemilik Newcastle sebelumnya, Mike Ashley, "ditendang" dari klub.

Harapan itu muncul karena mereka kecewa klub ini tidak pernah menang dan berada di posisi terbawa Liga Primer.

Selain itu, survei juga menyebutkan bahwa 94 persen pendukung menginginkan manajer Newcastle, Steve Bruce, dipecat dari klub "demi kepentingan terbaik" Newcastle.

https://www.kompas.com/wiken/read/2021/10/10/104733381/pembelian-newcastle-dan-tudingan-arab-saudi-cuci-diri-lewat-olahraga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke