Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap PR Matematika Lebih Banyak Merugikan Dibanding Memberi Manfaat

Kompas.com - 09/04/2024, 06:30 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dipublikasikan oleh British Journal of Sociology of Education mengungkapkan, memberikan pekerjaan rumah (PR) matematika kepada siswa lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungannya.

Studi ini dimuat dalam jurnal berjudul Mathematics homework and the potential compounding of educational disadvantage yang diterbitkan pada 8 Agustus 2023.

Dalam studi tersebut, PR matematika akan lebih merugikan, terutama ketika terlalu rumit untuk diselesaikan anak-anak, bahkan dengan bantuan orangtua.

Para peneliti dari University of South Australia dan St. Francis Xavier University di Kanada, mewawancarai delapan keluarga dalam studi ini.

Baca juga: 10 Kampus dengan Jurusan Matematika Terbaik di Indonesia 2023


Mereka mengajukan pertanyaan tentang pengalaman mengerjakan pekerjaan rumah matematika dan dampaknya terhadap keluarga.

Semua keluarga yang terlibat dalam penelitian memiliki anak di kelas 3 sekolah dasar (SD) dan berusia 8 atau 9 tahun.

Sebagai informasi, anak kelas 3 SD di Kanada umumnya sudah mendapatkan tes matematika standar untuk pertama kalinya.

Secara keseluruhan, matematika dibicarakan sebagai mata pelajaran yang tidak disukai dan memerlukan terlalu banyak kerja ekstra.

Dosen senior pendidikan matematika di University of South Australia, Lisa O'Keeffe mengatakan, PR telah lama diterima sebagai praktik yang memperkuat pembelajaran anak-anak dan meningkatkan keberhasilan akademis.

Baca juga: Studi: Duduk Terlalu Lama Memicu Risiko Kematian Dini

PR rumit berpotensi sebabkan pemikiran negatif

Meskipun demikian, jika tugas yang diberikan terlalu rumit, hal ini akan menimbulkan keraguan terkait urgensi pemberian PR itu.

“Seperti banyak hal lainnya, pengajaran matematika telah berkembang seiring berjalannya waktu," ungkap O'Keeffe, dikutip dari Science Alert.

"Tetapi ketika orangtua menyadari bahwa metode yang mereka coba dan benar berbeda dengan yang dipelajari anak-anak mereka, akan sulit untuk beradaptasi. Ini dapat menambah tekanan yang tidak semestinya,” sambungnya.

Para peneliti menjelaskan, kondisi seperti ini nantinya dapat menyebabkan pemikiran negatif lintas generasi.

Ibu-ibu yang terlibat dalam penelitian ini cenderung bertanggung jawab membantu mengerjakan pekerjaan rumah.

Ketika mereka menganggap tugas tersebut sulit, hal ini dapat memperkuat stereotip negatif bahwa matematika bukan mata pelajaran yang secara alami unggul bagi anak perempuan.

Sementara itu, studi lain mengungkapkan bahwa stereotip negatif terhadap matematika dapat berdampak dalam jangka panjang pada nilai dan aspirasi karier seseorang.

Baca juga: Studi Buktikan Lagu Ini Mampu Kurangi Tingkat Kecemasan hingga 65 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com