Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah WNI yang Anaknya Dapat Makan Siang Gratis di Jepang: Dipantau Ahli Gizi dan Bisa Pilih Makanan Halal

Kompas.com - 23/02/2024, 18:15 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang pernah tinggal di Jepang, Epi Taufik, mengisahkan pengalamannya saat anaknya mendapatkan makan siang gratis ketika bersekolah di Negeri Sakura.

Pada 2009 sampai 2012, sosok yang kini menjabat Kepala Divisi Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB University ini melanjutkan studi doktoral di Obihiro University of Agriculture and Veterinary Medicine, Hokkaido, Jepang.

Epi kala itu turut memboyong istri dan kedua anaknya, termasuk sang putri bernama Aisyah Nur Taufik. 

Di Jepang, Aisyah sempat mencicipi bangku Taman Kanak-kanak (TK) selama 6 bulan di Obihiro, Hokkaido.

Selanjutnya, Aisyah melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oozora, Obihiro, Hokkaido Jepang dari kelas 1-3.

Epi menuturkan, selama bersekolah di Jepang, sang putri mendapatkan makan siang gratis yang menunya telah diatur oleh ahli gizi sekolah.

Menariknya lagi, Aisyah juga mendapatkan makanan halal karena sekolah setempat menghargai keyakinan keluarga Epi sebagai muslim.

Baca juga: Menilik Program Makan Siang Sekolah di Jepang yang Dirintis sejak 1889


Baca juga: Prabowo Akan Evaluasi Subsidi Energi untuk Program Makan Siang Gratis, Berapa Anggaran Subsidi Tahun 2024?

Makan siang gratis ditanggung negara

Epi menggambarkan bahwa di Jepang terdapat sejumlah sekolah yang menerapkan program makan siang gratis bagi anak kelas 1-6 SD.

Selain mendapatkan makan siang, para siswa di Jepang juga akan minum susu setelah makan siang selesai.

Ia mengatakan bahwa makan siang gratis sudah dimulai sejak akhir Perang Dunia II dan ada peraturan khusus yang mengatur program tersebut.

Terkait pelaksanaan makan siang gratis, Epi mengungkapkan bahwa sistemnya dapat berbeda di tiap prefektur.

Di Hokkaido dan tempat sekolah Aisyah, Epi menyebutkan makan siang gratis disiapkan di  dapur sekolah.

“Di prefektur lain, saya pernah melihat ada yang memasaknya di dapur umum kota. Setelah dimasak, kemudian didistribusikan ke berbagai sekolah. Namun di Hokkaido dan sekolah Aisyah, makan siang langsung dimasak di sekolah,” tutur Epi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/2/2024).

Perbedaan sistem di tiap prefektur menjadi salah satu kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan makan siang gratis.

Baca juga: Program Makan Siang Gratis Prabowo, Siapa Saja yang Dapat dan dari Mana Uangnya?

Ada ahli gizi yang mengawasi makan siang gratis

Epi menuturkan, di Jepang ada ahli gizi yang mengawasi makan siang gratis ini setiap waktunya.

Ahli gizi yang bertugas akan menghitung kecukupan gizi bagi anak sekolah dasar di tiap jenjangnya.

“Jadi untuk makannya tidak sembarangan. Akan disesuaikan ketika anak sudah naik tingkat, disesuaikan juga kebutuhan gizi tiap umurnya,” katanya.

Ahli gizi juga akan memberikan daftar menu bulan depan yang sudah dicantumkan nilai gizi dan jumlah kalori dalam satu porsi makanan.

Tak hanya memperhatikan kalori tiap porsinya, pihak sekolah juga akan sangat memperhatikan kebersihan dari makanan yang disajikan.

Anak-anak akan diberi apron dan tutup kepala, diberikan tugas tim maupun individu untuk melatih kedisiplinan, kebersihan, dan team work bagi siswa.

Baca juga: Melihat Sumber Anggaran Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran...

Disediakan makanan halal

Epi juga menuturkan bahwa sejak kecil, Aisyah memang sudah memakai hijab sebagai pakaian sehari-hari.

Karena memakai hijab, pihak sekolah pun mengusahakan menu yang halal untuk makan siang Aisyah.

“Mereka (pihak sekolah) sangat memperhatikan sampai ke detail itu. Mereka mengatakan jangan sampai anak saya sudah terlihat berbeda dari penampilan dan agama, makanannya juga harus mengikuti mereka, yang mana aturan dalam agama bisa berbeda,” ungkapnya.

Epi pernah dipanggil oleh pihak sekolah terkait dengan persiapan makanan halal yang akan dikonsumsi Aisyah.

Saat itu, ia sempat merasa keberatan dan mengatakan untuk makan siang bisa disiapkan sendiri oleh istrinya.

Namun, pihak sekolah menolaknya karena khawatir akan ada persepsi bahwa Aisyah diistimewakan karena membawa makan siang sendiri.

Selanjutnya, pihak sekolah meminta Epi untuk memberikan ketentuan makanan halal yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi umat muslim.

“Jadi setiap akhir bulan saya diberikan daftar menu makan untuk bulan depan. Di situ saya mencermati makanan mana yang biasanya mengandung bahan non-halal. Ketika sudah ditandai, mereka akan menggantinya," ujarnya.

Ia memberi contoh ketika ada menu ramen yang umumnya menggunakan kaldu babi, akan diganti dengan kaldu dari bahan lain yang halal.

Selain itu, ahli gizi juga akan menyesuaikan makanan dengan kondisi kesehatan yang dialami tiap anaknya.

Epi mencontohkan, untuk anak yang alergi makanan, tim ahli gizi juga tidak akan memberikan bahan makanan pemicu alergi kepada anak yang mengalami kondisi tersebut.

Program makan siang gratis telah diterapkan di beberapa negara, seperti Jepang, India, Brasil, Finlandia, sampai Swedia.

Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui soal Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com