Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberhasilan Hamil Bayi Tabung Badak Pertama di Dunia Cegah Kepunahan

Kompas.com - 28/01/2024, 16:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Metode bayi tabung dinilai dapat menyelamatkan populasi badak putih utara yang hanya tersisa dua ekor di permukaan Bumi dari kepunahan.

Metode bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF) badak pertama di dunia ini berhasil mentransfer embrio ke ibu badak pengganti.

Dikutip dari laman BBC, Kamis (25/1/2024), prosedur ini dilakukan pada badak putih selatan, subspesies yang berkerabat dekat dengan badak putih utara.

Selanjutnya, para ilmuwan yang tergabung dalam proyek Biorescue, konsorsium internasional untuk menyelamatkan badak, akan mengulangi metode ini terhadap embrio badak putih utara.

"Untuk mencapai keberhasilan transfer embrio pertama pada badak adalah sebuah langkah besar," ujar ilmuwan di Biorescue dan Leibniz Institute of Zoo and Wildlife Research, Jerman, Susanne Holtze.

"Tetapi sekarang saya pikir dengan pencapaian ini, kami sangat yakin mampu menciptakan badak putih utara dengan cara yang sama dan kami akan mampu menyelamatkan spesies tersebut," lanjutnya.

Baca juga: Kelahiran Bayi Delilah Tambah Populasi Badak Sumatera, Spesies yang Hanya Ada di Indonesia


Badak putih utara tersisa dua betina di dunia

Badak putih utara pernah ditemukan di Afrika tengah. Namun, perburuan ilegal akibat tingginya permintaan cula memusnahkan populasi badak liar ini.

Kini, badak putih utara telah punah secara fungsional lantaran hanya tersisa dua ekor betina yang masih hidup.

Keduanya adalah Najin (35 tahun) dan putrinya, Fatu (24 tahun), yang dijaga ketat di cagar alam Ol Pejeta Conservancy, Kenya.

Tidak dapat bereproduksi secara alami, para ilmuwan dari Biorescue telah beralih ke ilmu kesuburan untuk membawa hewan-hewan ini kembali dari keterpurukan.

Mereka memulai eksperimen tersebut menggunakan badak putih selatan, yang memiliki ribuan populasi, meski masih terancam punah oleh perburuan legal.

Proyek ini pun memakan waktu bertahun-tahun dan harus mengatasi banyak tantangan, termasuk mencari cara mengumpulkan sel telur dari hewan sebesar dua ton tersebut.

Para ilmuwan juga kesulitan menciptakan embrio badak pertama di laboratorium maupun mencoba menentukan bagaimana dan kapan waktu yang tepat untuk menanamkannya pada ibu pengganti.

Hasilnya, dibutuhkan tiga belas upaya untuk mencapai kehamilan IVF pertama yang layak dengan menggunakan badak putih selatan.

"Ini sangat menantang pada hewan sebesar ini, dalam hal menempatkan embrio di dalam saluran reproduksi, yang jaraknya hampir 2 meter di dalam hewan tersebut," kata Holtze.

Baca juga: Kisah Sudan, Badak Putih Utara Jantan Terakhir di Bumi

Kehamilan bayi tabung badak pertama

Dilansir dari CNN, Kamis, embrio dibuat menggunakan sel telur dari Elenore, seekor badak putih selatan yang hidup di Kebun Binatang Pairi Daiza, Belgia.

Sementara itu, sperma dikumpulkan dari badak putih selatan bernama Athos, yang tinggal di Kebun Binatang Salzburg, Austria.

Sampel kemudian dipindahkan ke Italia dan dibuahi secara in vitro atau pembuahan di luar tubuh betina.

Kemudian, embrio dipindahkan ke Kenya dan ditanamkan pada ibu pengganti bernama Curra, di Ol Pejeta Conservancy pada September 2023.

Proses penanaman embrio juga disertai "godaan" sapi jantan bernama Ouwan, untuk merangsang perilaku kawin yang khas dari badak betina.

Sayangnya, kesuksesan para ilmuwan untuk membuahi badak menggunakan metode bayi tabung diikuti dengan tragedi.

Tujuh puluh hari setelah kehamilannya, ibu pengganti meninggal karena terinfeksi Clostridia, bakteri mematikan yang ditemukan di tanah.

Kematian ini memberikan pukulan telak bagi tim, lantaran hasil pemeriksaan menemukan, janin badak jantan berukuran 6,5 sentimeter yang dikandung berkembang dengan baik dan memiliki peluang 95 persen untuk dilahirkan hidup.

Namun, hal ini menunjukkan bahwa teknik tersebut berhasil dan kehamilan badak yang layak melalui bayi tabung atau IVF dapat dilakukan.

Baca juga: Mengenal Badak Putih Utara, Satwa yang Disebut Punah, Sisa 2 Ekor di Dunia

Rencana menggunakan 30 embrio badak putih utara

Victoria, badak putih yang sedang hamil di Taman Safari San Diego di Escondido, California pada 17 Mei 2018. Victoria, badak putih yang sedang hamil di Taman Safari San Diego di Escondido, California pada 17 Mei 2018.

Dikutip dari National Geographic, Senin (24/1/2024), BioRescue rencananya akan menggunakan sperma yang diawetkan dari badak putih utara serta sel telur yang diambil dari dua badak betina yang tersisa.

Ilmuwan Biorescue dan pakar reproduksi dari Leibniz Institute of Zoo and Wildlife Research, Thomas Hildebrandt menyampaikan, sejauh ini mereka telah menciptakan sekitar 30 embrio yang diawetkan dalam nitrogen cair di Jerman dan Italia.

Embrio tersebut diciptakan menggunakan telur yang diambil dari Fatu, badak putih utara termuda, serta sperma yang dikumpulkan dari dua badak putih utara jantan sebelum mati.

Kendati demikian, kelahiran anak supspesies badak putih utara memerlukan penelitian ilmiah lainnya terlebih dahulu.

Selain itu, tidak ada satu pun badak putih utara yang dapat hamil karena masalah usia dan kesehatan. Oleh karenanya, embrio akan ditanamkan ke dalam rahim pengganti badak putih selatan.

"Saya pikir situasi badak putih utara cukup menguntungkan untuk transfer embrio karena kita memiliki penerima yang berkerabat dekat, sehingga peta internal mereka hampir sama," ujar Hildebrandt.

Tim Biorescue pun berharap dapat menanamkan embrio simpanan dalam beberapa bulan mendatang.

Mereka juga menginginkan anak badak tersebut dilahirkan saat dua badak putih utara masih hidup.

"Kami ingin melestarikan komunikasi sosial, warisan sosial badak putih utara dengan meletakkan anak badak pertama di tanah, sehingga mereka bisa belajar bahasa dari dua badak terakhir, mereka bisa belajar bagaimana berperilaku dari mereka," jelas Hildebrandt.

Meski demikian, para peneliti sadar bahwa menambahkan lebih banyak hewan melalui metode bayi tabung tidak akan menyelamatkan spesies ini.

Jadi, mereka secara bersamaan mengerjakan teknik yang lebih eksperimental, yakni mencoba membuat sperma dan telur badak dari sel induk, untuk menghasilkan embrio.

Sayangnya, sekali lagi, penelitian ini masih memerlukan banyak waktu dan tantangan ilmiah yang harus dihadapi.

Beberapa pakar satwa liar turut berpendapat, mengucurkan lebih banyak uang dan sumber daya perlu dilakukan untuk menyelamatkan untuk spesies yang hampir punah.

Terlebih, koordinator BioRescue dari Safari Park Dvur Kralove di Republik Ceko, Jan Stejskal mengatakan, kepunahan badak putih utara adalah ulah manusia.

"Jadi, kami bertanggung jawab dan jika kami benar-benar memiliki teknik yang dapat membantu kami menyelamatkan mereka, maka saya pikir kami memiliki tanggung jawab untuk menggunakannya dan mencoba menyelamatkan mereka," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com