Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberhasilan Hamil Bayi Tabung Badak Pertama di Dunia Cegah Kepunahan

Kompas.com - 28/01/2024, 16:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Kehamilan bayi tabung badak pertama

Dilansir dari CNN, Kamis, embrio dibuat menggunakan sel telur dari Elenore, seekor badak putih selatan yang hidup di Kebun Binatang Pairi Daiza, Belgia.

Sementara itu, sperma dikumpulkan dari badak putih selatan bernama Athos, yang tinggal di Kebun Binatang Salzburg, Austria.

Sampel kemudian dipindahkan ke Italia dan dibuahi secara in vitro atau pembuahan di luar tubuh betina.

Kemudian, embrio dipindahkan ke Kenya dan ditanamkan pada ibu pengganti bernama Curra, di Ol Pejeta Conservancy pada September 2023.

Proses penanaman embrio juga disertai "godaan" sapi jantan bernama Ouwan, untuk merangsang perilaku kawin yang khas dari badak betina.

Sayangnya, kesuksesan para ilmuwan untuk membuahi badak menggunakan metode bayi tabung diikuti dengan tragedi.

Tujuh puluh hari setelah kehamilannya, ibu pengganti meninggal karena terinfeksi Clostridia, bakteri mematikan yang ditemukan di tanah.

Kematian ini memberikan pukulan telak bagi tim, lantaran hasil pemeriksaan menemukan, janin badak jantan berukuran 6,5 sentimeter yang dikandung berkembang dengan baik dan memiliki peluang 95 persen untuk dilahirkan hidup.

Namun, hal ini menunjukkan bahwa teknik tersebut berhasil dan kehamilan badak yang layak melalui bayi tabung atau IVF dapat dilakukan.

Baca juga: Mengenal Badak Putih Utara, Satwa yang Disebut Punah, Sisa 2 Ekor di Dunia

Rencana menggunakan 30 embrio badak putih utara

Dikutip dari National Geographic, Senin (24/1/2024), BioRescue rencananya akan menggunakan sperma yang diawetkan dari badak putih utara serta sel telur yang diambil dari dua badak betina yang tersisa.

Ilmuwan Biorescue dan pakar reproduksi dari Leibniz Institute of Zoo and Wildlife Research, Thomas Hildebrandt menyampaikan, sejauh ini mereka telah menciptakan sekitar 30 embrio yang diawetkan dalam nitrogen cair di Jerman dan Italia.

Embrio tersebut diciptakan menggunakan telur yang diambil dari Fatu, badak putih utara termuda, serta sperma yang dikumpulkan dari dua badak putih utara jantan sebelum mati.

Kendati demikian, kelahiran anak supspesies badak putih utara memerlukan penelitian ilmiah lainnya terlebih dahulu.

Selain itu, tidak ada satu pun badak putih utara yang dapat hamil karena masalah usia dan kesehatan. Oleh karenanya, embrio akan ditanamkan ke dalam rahim pengganti badak putih selatan.

"Saya pikir situasi badak putih utara cukup menguntungkan untuk transfer embrio karena kita memiliki penerima yang berkerabat dekat, sehingga peta internal mereka hampir sama," ujar Hildebrandt.

Tim Biorescue pun berharap dapat menanamkan embrio simpanan dalam beberapa bulan mendatang.

Mereka juga menginginkan anak badak tersebut dilahirkan saat dua badak putih utara masih hidup.

"Kami ingin melestarikan komunikasi sosial, warisan sosial badak putih utara dengan meletakkan anak badak pertama di tanah, sehingga mereka bisa belajar bahasa dari dua badak terakhir, mereka bisa belajar bagaimana berperilaku dari mereka," jelas Hildebrandt.

Meski demikian, para peneliti sadar bahwa menambahkan lebih banyak hewan melalui metode bayi tabung tidak akan menyelamatkan spesies ini.

Jadi, mereka secara bersamaan mengerjakan teknik yang lebih eksperimental, yakni mencoba membuat sperma dan telur badak dari sel induk, untuk menghasilkan embrio.

Sayangnya, sekali lagi, penelitian ini masih memerlukan banyak waktu dan tantangan ilmiah yang harus dihadapi.

Beberapa pakar satwa liar turut berpendapat, mengucurkan lebih banyak uang dan sumber daya perlu dilakukan untuk menyelamatkan untuk spesies yang hampir punah.

Terlebih, koordinator BioRescue dari Safari Park Dvur Kralove di Republik Ceko, Jan Stejskal mengatakan, kepunahan badak putih utara adalah ulah manusia.

"Jadi, kami bertanggung jawab dan jika kami benar-benar memiliki teknik yang dapat membantu kami menyelamatkan mereka, maka saya pikir kami memiliki tanggung jawab untuk menggunakannya dan mencoba menyelamatkan mereka," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com