SCNT merupakan teknik serupa yang digunakan untuk mengkloning banyak spesies mamalia, termasuk "Dolly si domba" pada 1996.
Sejak itu, para ilmuwan telah mengkloning banyak mamalia, termasuk babi, sapi, kuda, dan anjing. Namun, tidak semua proses berjalan dengan lancar.
Kegagalan juga sempat terjadi saat mencoba mengkloning monyet rhesus sebelum penelitian oleh ilmuwan China.
Sebuah penelitian pada 2022 misalnya, mengeklaim bahwa kelahiran monyet rhesus hasil kloning sel somatik mati kurang dari 12 jam setelah kelahiran.
Baca juga: Sederet Ritual Miliarder Bryan Johnson untuk Putar Balik Usianya, Termasuk Minum 61 Pil Sehari
Namun, SCNT telah dibuktikan pada spesies monyet serupa lainnya. Pada 2018, para ilmuwan China yang sama menciptakan dua monyet cynomolgus, bernama Zhong Zhong dan Hua Hua.
Keduanya menandai primata pertama di dunia yang berhasil dikloning melalui SCNT dan hidup hingga saat ini.
Sementara itu, studi baru terhadap monyet rhesus ini bertujuan untuk lebih memahami mekanisme teknik kloning reproduksi primata dan menyempurnakan prosesnya.
Melalui penciptaan Retro, tim berhasil menyoroti kelainan cara informasi genetik dibaca oleh embrio kloning yang sedang berkembang dalam plasenta.
Mereka mengatasi masalah ini dengan mengembangkan metode baru untuk memastikan embrio hasil kloning berkembang dengan plasenta yang sehat.
Baca juga: Saat Ilmuwan Temukan Gunung Laut Setinggi Dua Kali Burj Khalifa...
Para ilmuwan mengatakan, keberhasilan mengkloning monyet mungkin dapat membantu mempercepat penelitian biomedis.
Mengingat, saat ini terdapat keterbatasan mengenai apa yang dapat dipelajari para ilmuwan dari tikus laboratorium.
Penelitian terhadap primata bukan manusia, spesies yang lebih dekat dengan manusia, sangat penting bagi kemajuan medis untuk menyelamatkan nyawa, termasuk pembuatan vaksin.
Namun, penggunaan monyet dalam penelitian ilmiah merupakan isu kontroversial lantaran bersinggungan dengan etika terhadap kesejahteraan hewan.
Tim ilmuwan pun mengaku telah mengikuti hukum dan pedoman China yang mengatur penggunaan primata bukan manusia dalam penelitian ilmiah.
Baca juga: Dijuluki Planet Merah, Ilmuwan Temukan Langit Malam Mars Berwarna Hijau