Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Marapi Erupsi, Abu Vulkanik Disebut Potensial Ganggu Penerbangan

Kompas.com - 16/01/2024, 17:15 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, peningkatan tingkat aktivitas Gunung Marapi yang erupsi selama beberapa waktu terakhir dapat berpotensi mengganggu aktivitas penerbangan di sekitarnya. 

Untuk diketahui, Gunung Marapi erupsi sebanyak dua kali, Minggu (14/1/2024), pada pukul 06.21 WIB dan 09.56 WIB.

Status gunung yang berada di Sumatera Barat ini telah naik menjadi level 3 atau siaga, sejak Minggu (9/1/2024). 

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau-Padang Pariaman Desindra Deddy Kurniawan menjelaskan, semburan abu vulkanik yang mencapai tinggi 1.300 meter diprakirakan dapat mengganggu proses penerbangan di sebelah utara Gunung Marapi.

"Info SIGMET (informasi meteorologi penerbangan), ada koordinat untuk sebaran abu vulkanik sampai pada ketinggian 14.000 kaki ke arah utara dengan kecepatan 10 kt," jelas Desindra saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/1/2024).

Menurut Desindra, otoritas penerbangan perlu meningkatkan kewaspadaan dengan terus memantau perkembangan aktivitas gunung berapi ini. 

Baca juga: Bandara Minangkabau Ditutup Sementara Usai Erupsi Gunung Marapi


Waspadai potensi Gunung Marapi erupsi

Dikutip dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pasca-erupsi pada 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih terjadi hingga, Minggu (14/1/2024). 

Berdasarkan data dari satelit Sentinel, laju emisi gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini masih tergolong tinggi.

Kondisi tersebut dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunung api yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang lebih besar dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi.

Apabila pasokan magma dari dalam gunung masih berlangsung dan cenderung meningkat, maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi lontaran material vulkanik dapat menjangkau wilayah radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi.

Sementara itu, untuk potensi dari abu erupsi dapat menyebar lebih luas atau jauh yang tergantung pada arah dan kecepatan angin.

Material erupsi yang jatuh dan terendap dapat menjadi lahar apabila bercampu dengan air hujan.

Dengan begitu, ada pula potensi bahaya dari aliran atau banjir lahar pada lembah atau sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi.

Potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun juga bisa saja terjadi, seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan hidrogen sulfida (H2S).

Baca juga: Letusan Gunung Marapi Sebabkan 23 Pendaki Tewas, Ini Sejarah dan Karakter Letusannya

Himbauan PVMBG

Mengingat peningkatan aktivitas Gunung Marapi yang masih cukup tinggi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menerbitkan beberapa imbauan untuk masyarakat, di antaranya:

  1. Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki, pengunjung, atau wisatawan agar tidak memasuki dan berkegiatan di dalam wilayah radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi
  2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran, atau bantaran sekitar Gunung Marapi diminta untuk selalu mewaspadai potensi bahaya lahar yang dapat terjadi saat musim hujan
  3. Apabila terjadi hujan abu, masyarakat diminta untuk mengenakan masker penutup hidung dan mulut agar terhindar dari gangguan pernapasan dan amankan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh
  4. Seluruh pihak diminta menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan berita hoax, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya
  5. Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam disarankan untuk bekerja sama dengan PVMBG di Bandung, Jawa Barat atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi di Jalan Prof Hazairin No. 168 Bukit Tinggi untuk langsung mendapat informasi tentang Gunung Marapi
  6. Masyarakat atau instansi terkait memantau perkembangan aktivitas Gunung Marapi.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan Usai Letusan Gunung Marapi, Apa Itu Ring of Fire?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com