Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Menurunkan Berat Badan, Ini 6 Manfaat "Intermitten Fasting" bagi Kesehatan

Kompas.com - 01/01/2024, 18:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Kendati begitu, ada potensi perbedaan efek bagi pria dan wanita yang melakukan intermittent fasting.

Sebab, berdasarkan dari sebuah studi tahun 2015, kadar gula darah pada wanita menurun setelah melakukan puasa intermittent selama tiga minggu, sedangkan pada pria terjadi peningkatan kadar gula darah.

Baca juga: 5 Cara intermittentt Fasting, Metode Diet yang Berhasil Kuruskan Tika Panggabean

3. Mengurangi stres oksidatif dan peradangan pada tubuh

Stres oksidatif merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan penuaan dan menimbulkan berbagai penyakit kronis.

Untuk mencegahnya, puasa intermittent dapat menjadi salah satu solusinya.

Menurut sebuah tinjauan pada 2018, intermittent fasting dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres oksidatif.

Dalam studi lain pada 2019, puasa intermittent juga dapat membantu melawan peradangan pada tubuh.

Baca juga: 4 Jenis Susu Nabati, Cocok untuk Para Vegan dan Program Diet

4. Dapat bermanfaat bagi kesehatan jantung

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.

Puasa intermittent sendiri dinilai efektif untuk mengurangi beberapa faktor risiko penyakit jantung, termasuk:

  • Kadar gula darah
  • Tekanan darah
  • Trigliserida darah
  • Kolesterol total
  • Penanda inflamasi

5. Mencegah kanker

Dikutip dari Cancer Council, intermittent fasting dapat mengurangi asupan energi (kilojoule) seseorang secara keseluruhan, sehingga dapat membantu menurunkan berat badan.

Hal ini tentu juga dapat memberikan manfaat kesehatan, termasuk mengurangi risiko kanker tertentu.

Baca juga: Diet Water Fasting Disebut Ampuh Turunkan Berat Badan, Aman untuk Kesehatan?

6. Mencegah penyakit alzheimer

Sebuah studi terbaru yang menggunakan tikus menunjukkan, intermittent fasting dapat meningkatkan kognisi dan mengurangi gangguan Alzheimer di otak.

Para ilmuwan menyesuaikan jadwal pemberian makan tikus menjadi satu jendela enam jam setiap hari.

Hasilnya, ditemukan bahwa pemberian makan yang dibatasi oleh waktu dapat mengurangi gangguan Alzheimer, meningkatkan daya ingat, dan mengurangi akumulasi amiloid, sebuah protein yang terkait dengan perkembangan demensia dalam otak.

Baca juga: 3 Protein Terbaik untuk Turunkan Berat Badan Menurut Ahli Diet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com