Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Konjungsi Bulan-Jupiter di Tengah Fenomena Solstis, Kapan Bisa Disaksikan?

Kompas.com - 21/12/2023, 07:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjelang akhir tahun, fenomena solstis atau solstice akan kembali terjadi pada Jumat (22/12/2023).

Berasal dari bahasa Latin "solstitium", solstis merupakan fenomena astronomi biasa yang memiliki arti titik balik Matahari.

Oleh karena itu, fenonema solstis terjadi ketika Matahari berada paling utara atau paling selatan saat mengalami gerak semu tahunannya.

Bukan hanya solstis, langit pada Jumat mendatang juga akan dihiasi dengan fenomena konjungsi Bulan dan Jupiter.

Baca juga: Tomat yang Dipanen di Luar Angkasa Hilang, Ditemukan 8 Bulan Kemudian

Dilansir dari Astronomical Almanac, konjungsi adalah peristiwa ketika jarak sudut atau elongasi suatu benda dengan benda lain sama dengan nol derajat saat diamati dari Bumi.

Saat terjadi peristiwa konjungsi, benda-benda langit akan tampak saling berdekatan jika dilihat dari Bumi.

Artinya, pada 22 Desember nanti, langit malam akan menyajikan pemandangan Bulan yang berdampingan dengan raksasa gas sekaligus planet terbesar di Tata Surya.


Baca juga: Dijuluki Planet Merah, Ilmuwan Temukan Langit Malam Mars Berwarna Hijau

Fenomena solstis Desember 2023

Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan, fenomena solstis Desember akan terjadi pada Jumat (22/12/2023) pukul 10.27 WIB.

"Pada saat itu, Matahari akan mencapai titik lokasi paling selatan jika dilihat dari titik-titik di paras Bumi," ujarnya, saat dihubungi Rabu (20/12/2023).

Fenomena solstis disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring sekitar 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan ekliptika).

Saat Bumi berotasi, sekaligus mengorbit Matahari, terkadang Kutub Utara dan belahan Bumi utara akan condong ke Matahari.

Sementara, Kutub Selatan dan belahan Bumi selatan akan menjauhi Matahari yang disebut dengan fenomena solstis pada Juni atau Solstis Juni.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan, Benarkah Australia Aman dari Gempa Bumi?

Sebaliknya, Kutub Selatan dan belahan Bumi selatan terkadang condong ke Matahari, sedangkan Kutub Utara dan belahan Bumi utara menjauhi Matahari.

Kondisi tersebut dinamakan solstis pada Desember atau disebut juga solstis Desember.

"Titik balik selatan Matahari (winter solstice) pada 2023 memang akan terjadi pada 22 Desember mengikuti gerak semu tahunan Matahari, tepatnya pada jam 10.27 WIB," terang Marufin.

Setelah pukul 10.27 WIB, Matahari secara berangsur-angsur seakan berbalik arah dengan bergerak ke utara.

Dalam istilah astronomi, menurut Marufin, Matahari mulai mengalami peningkatan nilai deklinasi setelah mencapai titik terendah, yakni minus 23,4384 persen.

Deklinasi Matahari merupakan sudut antara khatulistiwa dan garis yang ditarik dari pusat Bumi menuju pusat Matahari.

Titik deklinasi terendah tersebut berlangsung ketika titik balik selatan Matahari atau solstis Desember terjadi, yaitu tepat 22 Desember 2023 pukul 10.27 WIB.

Baca juga: Hari Ini Ada Fenomena Solstis Juni, Apa Penyebab dan Dampaknya?

Disusul konjungsi Bulan dan Jupiter

Fenomena Solstis, Solstice, Titik Balik Matahari. Solstis Desember (Winter Solstice), Solstis Juni (Summer Solstice).Divad via WIKIMEDIA COMMONS Fenomena Solstis, Solstice, Titik Balik Matahari. Solstis Desember (Winter Solstice), Solstis Juni (Summer Solstice).

Marufin menerangkan, gerak semu tahunan Matahari berdampak pada perubahan musim di segala penjuru Bumi, termasuk Indonesia.

"Di kawasan beriklim tropis, menentukan adanya musim hujan dan kemarau. Titik balik selatan Matahari biasanya terkait dengan puncak musim penghujan di Indonesia dan Asia Tenggara," kata dia.

Di kawasan beriklim subtropis, titik balik selatan Matahari atau solstis Desember menjadi penanda puncak musim dingin bagi belahan Bumi utara.

Sementara itu, di wilayah belahan Bumi selatan, fenomena astronomis ini menjadi tanda masuknya puncak musim panas.

Baca juga: Kadar Oksigen Bumi Bisa Turun Drastis dan Jadi Akhir Perjalanan Manusia, Kapan Terjadi?

Selain solstis yang berlangsung pada pagi hari, Marufin menjelaskan, langit Indonesia juga akan disambangi konjungsi Bulan dan Jupiter pada Jumat malam.

"Kedua fenomena itu (solstis dan konjungsi) bisa disaksikan dari Indonesia," kata Marufin.

Menurutnya, secara kasat mata, Bulan dan Jupiter hanya akan dipisahkan oleh sudut atau elongasi sebesar 3 derajat.

Masyarakat pun dapat menyaksikan fenomena ini secara langsung dengan mata telanjang. Caranya, cukup arahkan pandangan ke langit tempat Bulan berada.

Nantinya, akan tampak Bulan berdekatan dengan sebuah bintang tak berkedip yang sebenarnya adalah planet Jupiter.

Tak perlu khawatir harus bangun di tengah malam, Marufin menyebutkan bahwa fenomena ini dapat disaksikan sepanjang malam hingga tengah malam.

"Konjungsi akan dapat dilihat sejak Matahari terbenam hingga tengah malam," terangnya.

Baca juga: Mengapa Langit Berwarna Biru? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Benarkah Minum Vitamin Sebelum Makan Picu Mual dan Muntah? Ini Kata Guru Besar UGM

Benarkah Minum Vitamin Sebelum Makan Picu Mual dan Muntah? Ini Kata Guru Besar UGM

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 15-16 Mei 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 15-16 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Potensi Cuaca Ekstrem 14-15 Mei | Dampak Berhenti Minum Teh Sebulan

[POPULER TREN] Potensi Cuaca Ekstrem 14-15 Mei | Dampak Berhenti Minum Teh Sebulan

Tren
Saat Real Madrid Daftar Jadi Polisi, Tak Ingin Menyerah sampai 'Juara'

Saat Real Madrid Daftar Jadi Polisi, Tak Ingin Menyerah sampai "Juara"

Tren
NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com