Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Pneumonia Misterius Menyerang Anak-anak di China, Mungkinkah Sampai ke Indonesia?

Kompas.com - 27/11/2023, 18:15 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak pertengahan Oktober 2023, China melaporkan adanya peningkatan kasus penyakit mirip influenza yang menyerang anak-anak.

Laporan tentang peningkatan penyakit pernapasan ini mulanya disampaikan oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada tanggal 13 November 2023.

Selanjutnya, pada Minggu 19 November 2023, Program Penyakit Berkembang China (ProMED) juga melaporkan adanya kasus pneumonia misterius pada anak-anak.

Menanggapi adanya pneumonia misterius yang merebak, Pemerintah China telah meminta agar jumlah klinik ditingkatkan untuk antisipasi lonjakan kasus.

“Upaya harus dilakukan untuk meningkatkan jumlah klinik dan area perawatan yang relevan, memperpanjang jam layanan secara tepat, dan memperkuat jaminan pasokan obat-obatan,” kata Juru Bicara Komisi Kesehatan Nasional Mi Feng, Minggu (26/11/2023), dikutip dari DW.

Dengan adanya kasus pneumonia misterius di China ini, mungkinkah wabah sampai ke Indonesia?

Baca juga: China Menambah Klinik Kesehatan untuk Menghadapi Pneumonia Misterius yang Menyerang Anak-anak

Penjelasan epidemiologi

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman saat dimintai pendapatnya menilai, penyakit sistem pernapasan akan sangat cepat potensinya untuk menyebar ke berbagai wilayah termasuk Indonesia.

"Apakah bisa ke Indonesia (wabah pneumonia misterius), bisa, sangat jelas (bisa)," ujar Dicky kepada Kompas.com, Senin (27/11/2023).

Ia menjelaskan, hal ini karena penerbangan ke luar negeri sudah normal bahkan berfrekuensi tinggi

Jadi masyarakat yang memiliki anak-anak usia SD harus waspada. Jika anak mengalami demam, batuk, pilek, gangguan napas, dan gangguan makan-minum, maka sebaiknya segera membawa anaknya ke rumah sakit atau dokter anak.

Ia menambahkan, sampai dengan saat ini penyakit pneumonia misterius belum jelas penyebabnya.

"Kita belum punya data yang memadai, apa yang sebetulnya (jadi penyebab), apa virus, apa bakteri," ujarnya.

Namun menurutnya, kewaspadaan tetap harus dilakukan sembari mendapatkan kepastian mengenai penyebab wabah pneumonia misterius.

Apalagi, wabah pneumonia ini merebak saat China menghadapi musim dingin.

"Padahal, di Indonesia sebentar lagi juga akan menghadapi musim penghujan," ujarnya.

Saat cuaca dingin, menurutnya, orang-orang cenderung berkumpul di ruangan tertutup. Oleh sebab itu, memakai masker dan memastikan ruangan memiliki ventilasi serta sirkulasi udara yang baik, bisa menjadi cara untuk mengurangi potensi penyebaran wabah ini.

Selain itu ia meminta, jika ada anak yang sakit sebaiknya orang tua tak membawa anak datang ke sekolah.

Anak yang sakit sebaiknya istirahat di rumah, dan periksakan ke tenaga kesehatan.

Baca juga: Wabah Pneumonia Misterius Menyerang Anak-anak di China, Ini Gejalanya

Imbauan untuk pemerintah

Sementara itu untuk pemerintah, pihaknya mengimbau agar dilakukan penguatan surveilans untuk memantau kondisi layanan-layanan kesehatan baik di rumah sakit atau puskesmas.

Pihaknya juga menilai perlu adanya kewaspadaan terutama terhadap pelaku riwayat perjalanan dari China.

Jika menemukan kasus anak yang datang dari luar negeri dengan demam tinggi, maka menurutnya harus segera merujuk ke rumah sakit atau dokter yang telah ditunjuk.

"Perlu memastikan pelaku perjalanan tak ada yang demam, jika demam tinggi perlu diperiksa. Jika dari China, ada mekanisme rujukan untuk memastikan bukan yang dikhawatirkan," ujar dia.

Adapun untuk prosedur isolasi/karantina menurutnya hal ini tidak perlu sampai dilakukan.

Akan tetapi, yang terpenting menurutnya adalah membangun mekanisme rujukan yang bekerja sama seperti dengan rumah sakit khusus atau rumah sakit infeksi.

Baca juga: China Menambah Klinik Kesehatan untuk Menghadapi Pneumonia Misterius yang Menyerang Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com