Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Sampah Lautan yang Tak Pernah Usai

Kompas.com - 27/11/2023, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Luas dan dalamnya lautan membuat kita terkagum-kagum. Saking besarnya, kita pun belum mampu mengeksplorasi lautan sepenuhnya yang menyimpan beragam misteri.

Seperti Tigro, seekor harimau laut gagah yang terjebak di lautan karena kebiasaan berbohongnya.

Audio drama kisah Tigro dapat didengarkan dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua edisi spesial bersama Majalah Bobo 50 Tahun episode “Tigro Si Harimau Laut” dengan tautan s.id/DopingTigroo.

Di sana, Tigro melihat pemandangan laut yang sangat indah. Tapi ternyata, lautan juga memiliki sisi lainnya, yaitu sampah-sampah yang mengganggu ekosistem hingga mengancam nyawa biota dan satwa laut.

Dari Mana Sampah Lautan Berasal?

Melansir National Geographic, mayoritas sampah di lautan berasal dari benda-benda berbahan dasar plastik. 80 persen diantaranya bersumber dari darat dan 20 persen lainnya berasal dari perahu dan sumber-sumber laut lainnya.

Sampah-sampah ini berasal dari masyarakat yang membuang sampah sembarang di sekitaran sungai. Sampah itu kemudian terbawa arus hingga mencapai lautan dan berkumpul dalam satu wilayah bernama Pulau Sampah Pasifik Besar.

Ada beberapa alasan mengapa sampah plastik menjadi yang paling banyak ditemukan. Pertama, plastik memiliki daya tahan, biaya rendah, dan mudah dibentuk sehingga semakin banyak digunakan pada produk konsumen dan industri.

Kedua, barang-barang plastik tidak terurai secara total melainkan terurai menjadi potongan-potongan kecil dan dalam jangka waktu yang lama.

Baca juga: 5 Desa Ini Seperti Negeri Dongeng di Dunia Nyata

Di lautan, matahari memecah plastik menjadi potongan-potongan yang semakin kecil, sebuah proses yang dikenal sebagai fotodegradasi. Sebagian besar sampah ini berasal dari kantong plastik, tutup botol, botol air plastik, dan gelas styrofoam.

Tak hanya itu, penelitian Lebreton (2018) mengungkapkan bahwa jaring-jaring ikan sintetis adalah sampah paling banyak di lautan. Sebagian besar disebabkan oleh dinamika arus laut dan peningkatan aktivitas penangkapan ikan di Samudra Pasifik.

Kemunculan Pulau Sampah Pasifik Besar

Pulau Sampah Pasifik Besar atau yang kerap disebut Great Pacific Garbage Patch adalah kumpulan sampah laut yang membentang di perairan dari Pantai Barat Amerika Utara hingga Jepang.

Setiap tahunnya, jumlah sampah di wilayah ini terus membludak dan terakumulasi karena sebagian besar sampah tersebut tidak dapat terurai. Banyak plastik hanya pecah menjadi potongan-potongan yang semakin kecil yang disebut mikroplastik.

Mikroplastik memang tidak selalu terlihat dengan mata. Namun, kemunculannya berdampak pada warna air yang terlihat seperti sup yang keruh. Bahkan, dasar laut di bawah Pulau Sampah Pasifik ini juga memiliki timbunan sampah yang sangat banyak.

Dilansir National Geographic, para ahli kelautan dan ekologi baru-baru ini menemukan bahwa sekitar 70 persen sampah laut sebenarnya tenggelam ke dasar lautan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com