Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Luas dan dalamnya lautan membuat kita terkagum-kagum. Saking besarnya, kita pun belum mampu mengeksplorasi lautan sepenuhnya yang menyimpan beragam misteri.
Seperti Tigro, seekor harimau laut gagah yang terjebak di lautan karena kebiasaan berbohongnya.
Audio drama kisah Tigro dapat didengarkan dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua edisi spesial bersama Majalah Bobo 50 Tahun episode “Tigro Si Harimau Laut” dengan tautan s.id/DopingTigroo.
Di sana, Tigro melihat pemandangan laut yang sangat indah. Tapi ternyata, lautan juga memiliki sisi lainnya, yaitu sampah-sampah yang mengganggu ekosistem hingga mengancam nyawa biota dan satwa laut.
Melansir National Geographic, mayoritas sampah di lautan berasal dari benda-benda berbahan dasar plastik. 80 persen diantaranya bersumber dari darat dan 20 persen lainnya berasal dari perahu dan sumber-sumber laut lainnya.
Sampah-sampah ini berasal dari masyarakat yang membuang sampah sembarang di sekitaran sungai. Sampah itu kemudian terbawa arus hingga mencapai lautan dan berkumpul dalam satu wilayah bernama Pulau Sampah Pasifik Besar.
Ada beberapa alasan mengapa sampah plastik menjadi yang paling banyak ditemukan. Pertama, plastik memiliki daya tahan, biaya rendah, dan mudah dibentuk sehingga semakin banyak digunakan pada produk konsumen dan industri.
Kedua, barang-barang plastik tidak terurai secara total melainkan terurai menjadi potongan-potongan kecil dan dalam jangka waktu yang lama.
Baca juga: 5 Desa Ini Seperti Negeri Dongeng di Dunia Nyata
Di lautan, matahari memecah plastik menjadi potongan-potongan yang semakin kecil, sebuah proses yang dikenal sebagai fotodegradasi. Sebagian besar sampah ini berasal dari kantong plastik, tutup botol, botol air plastik, dan gelas styrofoam.
Tak hanya itu, penelitian Lebreton (2018) mengungkapkan bahwa jaring-jaring ikan sintetis adalah sampah paling banyak di lautan. Sebagian besar disebabkan oleh dinamika arus laut dan peningkatan aktivitas penangkapan ikan di Samudra Pasifik.
Pulau Sampah Pasifik Besar atau yang kerap disebut Great Pacific Garbage Patch adalah kumpulan sampah laut yang membentang di perairan dari Pantai Barat Amerika Utara hingga Jepang.
Setiap tahunnya, jumlah sampah di wilayah ini terus membludak dan terakumulasi karena sebagian besar sampah tersebut tidak dapat terurai. Banyak plastik hanya pecah menjadi potongan-potongan yang semakin kecil yang disebut mikroplastik.
Mikroplastik memang tidak selalu terlihat dengan mata. Namun, kemunculannya berdampak pada warna air yang terlihat seperti sup yang keruh. Bahkan, dasar laut di bawah Pulau Sampah Pasifik ini juga memiliki timbunan sampah yang sangat banyak.
Dilansir National Geographic, para ahli kelautan dan ekologi baru-baru ini menemukan bahwa sekitar 70 persen sampah laut sebenarnya tenggelam ke dasar lautan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya