"Sejauh ini belum melihat itu akan membuka peluang kepada pelaku kejahatan. (Kalau) di luar negeri (terjadi) itu bisa diwaspadai," jelas Edi kepada Kompas.com, Sabtu.
"Karena bisa mengundang atau memberikan peluang kepada pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan," sambungnya.
Baca juga: 5 Ibu Rumah Tangga Jadi Korban, Ini Cara Mencegah Hipnotis Menurut Kriminolog
Lebih lanjut, Edi menerangkan bahwa stiker Happy Family bukan satu-satunya pemicu yang mengundang pelaku kejahatan untuk beraksi.
Menurutnya, modus kejahatan di jalan raya bermacam-macam, salah satunya modus mengetuk kaca mobil.
Pelaku kejahatan dapat memberi tahu pemilik mobil jika ban kendaraannya bocor setelah mengetuk kaca.
Ketika pintu mobil terbuka, pelaku kejahatan bisa mengambil barang di dalam kendaraan.
Edi mengatakan, modus seperti itu biasanya menyasar perempuan yang mengemudikan mobil seorang diri.
"Kita tahu di jalan itu kan sering terjadi kejahatan kemudian banyak peluang, banyak modus yang selama ini terjadi ketika pelaku mengincar korbannya," jelas Edi.
Sementara itu, Yesmil menjelaskan bahwa kejahatan yang salah satunya bisa dipicu oleh stiker Happy Family terjadi karena faktor kesempatan dan lingkungan.
Ia mengatakan, faktor kesempatan bisa memancing persepsi orang untuk melakukan kejahatan.
Meski begitu, Yesmil menilai, stiker Happy Family bukanlah satu-satunya faktor yang mengundang pelaku untuk berbuat jahat.
"(Misal) mobil (atau motor) berhenti di depan ATM, enggak dimatiin mesinnya. Itu kan merangsang (pelaku kejahatan) untuk membawa kabur motor atau mobil itu," imbuh Yesmil.
"Stiker Happy Family itu bisa juga masuk ke situasi yang semacam itu," sambungnya.
Baca juga: Bagaimana Cara Mencegah Diri dari Tindakan Hipnotis?
Menurut Yesmil, salah satu cara untuk mencegah pelaku kejahatan di jalan raya atau mobil dapat dilakukan dengan tidak menempel stiker Happy Family.
Namun, ia juga menekankan pentingnya penegakan hukum supaya kejahatan yang dipicu oleh stiker tidak terjadi.
Sementara itu, Edi mengingatkan masyarakat agar berhati-hati ketika menempelkan stiker Happy Family di mobil.
Yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga penampilan di media sosial (medsos) atau kehidupan sehari-hari.
Menurut Edi, gaya hidup yang glamor atau "hedon" berpotensi mengundang pelaku kejahatan untuk beraksi.
"Jangan hidup menampilkan hedon berlebihan, termasuk juga perhiasan. Karena bisa saja (terjadi kejahatan). Apalagi di mobil menggunakan perhiasan, bisa sangat mengundang pelaku kejahatan," tuturnya.
Baca juga: Mengapa Pelaku Bullying Merasa Bangga Usai Menyakiti Korban? Ini Kata Psikolog
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.