Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Hari Ini Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS, Penyebab, dan Respons Sri Mulyani

Kompas.com - 24/10/2023, 14:45 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Pemerintah akan lakukan sinkronisasi

Terkait pelemahan rupiah yang terjadi selama beberapa hari ke belakang, pemerintah akan melakukan sinkronisasi.

Sinkronisasi dilakukan antara kebijakan fiskal di bawah Kementerian Keuangan melalui APBN dan kebijakan moneter di bawah Gubernur Bank Indonesia.

Sinkronisasi tersebut diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen.

"Fiskal dan moneter akan terus berkoordinasi secara sinkron harmonis, tentu kita harus saling melakukan penyesuaian," ujar Sri Mulyani dikutip dari Kompas.id, Senin.

"Kita menggunakan dari mulai instrumen di market maupun dari sisi komunikasi kebijakan yang akan terus kita lakukan bersama antara BI dan Kemenkeu. Ini nanti akan masih di-follow up," sambungnya.

Ia menjelaskan, pemerintah akan memantau stabilitas dari sektor keuangan, perbankan, ataupun pasar modal, dan juga lembaga keuangan bukan bank.

Baca juga: Hukum Beri Kembalian dengan Permen dan Bukan rupiah, Bisa Kena Denda Ratusan Juta

Nilai tukar rupiah tembus Rp 16.000 sampai akhir tahun

Dilansir dari laman BI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di level Rp 15.863 (kurs beli) dan Rp 16.023 (kurs jual) pada Selasa (24/10/2023).

Meski begitu, rupiah diprediksi terus melemah dan tembus di level Rp 16.000 per dollar AS di akhir tahun ini.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, ada potensi rupiah tertekan dalam jangka pendek atau sampai akhir Oktober 2023.

Hal tersebut, kata Josua, disebabkan oleh faktor global yang memicu rupiah terdepresiasi.

Di sisi lain, faktor yang memicu pelemahan rupiah adalah konflik Israel-Hamas yang menyebabkan tensi geopolitik di Timur Tengah memanas.

Kondisi seperti itu, menurut Josua, memicu kenaikkan harga minyak dunia yang berujung pada ekspektasi semakin sulitnya inflasi global untuk turun secara persisten.

Pada gilirannya, kenaikan harga minyak dunia memicu risiko higher-for-longer suku bunga naik dengan ruang kenaikan suku bunga kebijakan the Fed masih akan terbuka di sisa tahun ini.

"Kondisi ini akan memicu sentimen risk-off investor dan mengalihkan dananya ke aset safe haven" uarnya dikutip dari Kontan, Jumat (20/10/2023).

"Kami melihat rupiah sampai akhir Oktober 2023 dapat berada pada rentang Rp 15.700 per dollar AS – Rp 15.900 per dolar AS," sambungnya.

Baca juga: BI Akan Rilis rupiah Digital, Apa Bedanya dengan Uang Elektronik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com