Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

150 Benda seperti Mur, Baut, dan Earphone Ditemukan di Usus Pria India

Kompas.com - 01/10/2023, 15:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dokter di negara bagian Punjab, India dibuat kaget dengan penemuan 150 benda asing di usus seorang pria.

Pasien berusia 40 tahun itu awalnya mengeluh sakit perut hebat, mual, dan demam hampir selama sebulan.

Setelah diperiksa, dokter mendapati berbagai benda tidak yang tidak lazim di usus pasien tersebut seperti earphone, gelang, mur dan baut, kabel, liontin, kancing, dan peniti. 

Sebanyak 150 benda yang berada di usus pasien akhirnya dapat dikeluarkan oleh dokter setelah melakukan operasi selama tiga jam.

Baca juga: Saat Buaya di India Selamatkan Anjing, Tanda Punya Empati?

Kenapa bisa ada benda asing di perut? 

Pasien yang di ususnya ditemukan 150 benda asing adalah Kuldeep Singh.

Sebelum dioperasi, awalnya ia dirawat di Rumah Sakit (RS) Medicity, Kota Moga, Punjab pada Senin (25/9/2023).

Singh menjalani perawatan setelah mengeluh demam, sakit perut, dan mual yang terjadi hampir satu bulan.

Dokter yang menangani Singh kemudian melakukan pemeriksaan ultrasonografi atau USG.

Setelah dilihat, dokter menemukan berbagai macam benda logam di dalam perut pasien.

Singh kemudian dilarikan ke ruang operasi untuk menjalani tindakan operasi. Dokter juga memasangkan alat bantu hidup kepada pasien.

Dokter di India mengeluarkan kancing, earphone, dan ritsleting di antara 150 barang kecil rumah tangga dari perut seorang pria yang datang kepada mereka dengan keluhan kesakitan.Moga Medicity Hospital/Yahoo Dokter di India mengeluarkan kancing, earphone, dan ritsleting di antara 150 barang kecil rumah tangga dari perut seorang pria yang datang kepada mereka dengan keluhan kesakitan.

Namun, nyawa pria tersebut tidak dapat diselamatkan. Singh meninggal dunia beberapa hari setelah menjalani operasi.

"Saya tidak pernah melihat kondisi seperti ini selama bertahun-tahun saya berpraktik," kata Direktur RS Medicity Moga, Ajmer Kalra dikutip dari The Independent.

Menurut Kalra, dokter bisa menemukan rambut atau benda-benda kecil di dalam perut pasien. Tetapi dirinya merasa kaget saat tahu ada hampir 150 benda asing di perut pasiennya. 

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata dia. 

Baca juga: Lakukan Prank Gantung Diri, Bocah di India Tewas Terjerat Tali

Sindrom Pica

Benda yang ditemukan di usus pasien tersebut terbilang tidak biasa. Dokter menemukan berbagai benda, seperti peniti, magnet, kancing, mur dan baut, resleting kemeja, dan earphone. 

"Saat melakukan rontgen, kami menemukan rantai, mur, baut, earphone, dan banyak benda lain di dalam perutnya," kata Ajmer dikutip dari New York Post.

Dokter yang menangani Singh mengatakan, pasien ini diduga mengalami pica atau kondisi mental yang membuat penderitanya secara kompulsif menelan benda yang bukan makanan.

Penyakit tersebut paling sering dialami oleh anak kecil, wanita hamil, dan orang dengan gangguan spektrum autisme, cacat intelektual atau skizofrenia.

Mengeluh sakit perut sudah 2 tahun

Keluarga menyampaikan, Singh sebelumnya punya masalah perut selama dua tahun terakhir, tetapi jarang menyinggungnya kepada pihak keluarga.

Pasien juga sempat dibawa ke beberapa dokter, tetapi gagal mendapatkan diagnosis mengenai penyebab rasa sakit di perutnya.

Pasien itu baru dibawa ke Medicity Hospital setelah gejala sudah parah, sehingga pasien tidak bisa tidur.

Pihak keluarga mengaku tidak tahu bagaimana pasien itu bisa mencerna selama kemasukan ratusan benda logam kecil.

Benda yang masuk ke usus Singh berbahaya bagi kesehatan pasien karena tidak dapat dicerna.

Operasi pengangkatan benda dari usus Singh dilakukan oleh dokter spesialis bedah Anup Handa dan ahli gastroenterologi Vishavnoor Kalra.

Sebelum meninggal, dokter memasangkan ventilator kepadanya. Ia dalam kondisi kritis setelah dioperasi sebelum mengembuskan napas terakhirnya.

Baca juga: Bayi di India Lahir dengan 26 Jari, Dianggap sebagai Titisan Dewi

Penyebab pica

Pica seperti dialami Singh adalah adalah gangguan makan yang membuat penderitanya secara kompulsif makan sesuatu yang bukan makanan dan tidak memiliki nilai gizi atau tujuan apa pun.

Dilansir dari Cleveland Clinic, pica dapat menyebabkan masalah besar jika seseorang dengan kondisi ini memakan sesuatu yang beracun atau berbahaya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pica terjadi. Berikut daftarnya:

  • Stres
  • Kecemasan
  • Kondisi buruk yang dirasakan anak, seperti kemiskinan
  • Kekurangan nutrisi
  • Kondisi mental
  • Kondisi medis, seperti hamil dan anemia
  • Obat-obatan tertentu.
  • Perilaku karena budaya atau adat tertentu

Baca juga: Banyak Orang India Jadi CEO Perusahaan Top Dunia, Apa Sebabnya?

Cara mencegah pica

Kondisi yang mendorong orang melakukan pica dapar dicegah sebelum terlambat. Di antaranya dengan selalu memperhatikan kebiasaan dan konsumsi anggota keluarga. 

Selain itu juga memastikan makan yang dikonsumsi seimbang dan tidak kekurangan vitamin atau mineral penting.

Meskipun tidak sepenuhnya mencegah atau mengurangi risiko, karena kekurangan nutrisi tidak diperhitungkan dalam diagnosis pica, hal ini tetap penting secara keseluruhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com