Panjang Jimat juga digelar di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.
Acara dilakukan dengan pembacaan riwayat Nabi, pembacaan barzanji, kalimat Thayyibah, selawat Nabi, dan ditutup dengan berdoa bersama.
Adapun Panjang Jimat berasal dari kata “panjang” yang bila ditafsirkan secara harfiah adalah bentuk piring dan perabotan dapur peninggalan sejarah.
Piring dan perabotan dapur tersebut diisi dengan berbagai makanan yang dianalogikan dengan prosesi kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan “jimat” merupakan akronim dari “diaji” dan “dirumat” yang berarti dipelajari dan diamalkan yang merujuk pada meneladani Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam.
Maudu Lompoa merupakan tradisi perayaan Maulid Nabi di Desa Cikoang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Konon, tradisi ini sudah ada sejak 1621 saat ulama besar Aceh bernama Sayyid Jalaludin datang ke Takalar untuk menyebarkan agama Islam.
Pada pelaksanaannya, diperlukan persiapan 40 hari sebelum acara puncak dihelat.
Puncak acara tradisi Maudu Lompoa identik dengan kemeriahan julung-julung atau kapal kayu yang dihias kain warna-warni dan diisi dengan berbagai hasil bumi.
Tradisi Baayun Maulid diadakan oleh masyarakat Suku Banjar yang ada di Kalimantan Selatan.
Baayun Maulid dilakukan dengan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair Maulid.
Ayunan yang dibuat untuk Baayun Maulid terdiri dari tiga lapis kain yaitu kain sarigading (sasirangan), kain kuning, dan kain bahalai (sarung panjang tanpa sambungan).
Biasanya, tradisi ini dilakukan di masjid atau surau setempat dengan harapan agar anak-anak mereka nantinya bisa memiliki akhlak mulia seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.
Diperkirakan, tradisi ini sudah diadakan secara turun-temurun sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo pada abad ke-17.
Tradisi Walima dimulai dengan lantunan Dikili atau tradisi lisan zikir masyarakat Gorontalo yang dilakukan di masjid-masjid.
Dalam perayaan ini, setiap rumah akan membuat kudapan tradisional yang khas, seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun di sebuah Tolangga atau usungan kayu yang menyerupai perahu atau menara.
Prosesi membawa Tolangga dari rumah ke masjid menjadi atraksi tersendiri yang ditunggu masyarakat setempat.
Baca juga: 20 Ucapan Maulid Nabi 1445 H dan Sejarah Perayaannya...
Dikutip dari Kompas.com (20/10/2021), Aceh memiliki berbagai jenis kuliner yang muncul di perayaan Maulid Nabi, salah satunya yakni kuah beulangong.
Kuah beulangong adalah makanan khas Aceh berupa kuah merah sejenis gulai yang menggunakan daging sapi atau kambing dan nangka muda.
Makanan ini disebut kuah beulangong karena proses memasaknya menggunakan belanga atau kuali besar yang dalam bahasa Aceh disebut beulangong.
Tak hanya saat Maulid Nabi, sajian ini juga muncul saat para petani mengadakan kenduri saat panen.
Tradisi Weh-wehan diadakan oleh masyarakat Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.