Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktris Arawinda Mengaku Mengidap Vaginismus, Gangguan Penyakit Apa Itu?

Kompas.com - 09/09/2023, 20:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aktris Arawinda Kirana mengaku dirinya mengidap gangguan vaginismus.

Hal tersebut ia sampaikan melalui Instagram Story di akun Instagram resminya, @arawindak, pada Selasa (5/9/2023).

"Lastly, I would be open to sharing my experience with IBS (Irritable Bowel Syndrome) and vaginismus," tulisnya.

Arawinda mengungkapkan dia mengalami sindrom iritasi usus besar dan vaginismus. Ia juga kadang terdera sakit perut. 

Ia menambahkan, gangguan tersebut sudah diobati saat Arawinda sempat tinggal di Amerika.

Sebagai catatan, Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan sindrom berupa gangguan usus yang menyebabkan nyeri di perut, gas, diare, dan sembelit.

Lalu, apa itu vaginismus?

Baca juga: Ramai soal Vagina Terasa Sakit Saat Terangsang, Benarkah Ciri-ciri Vaginismus?


Apa itu vaginismus? 

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Klinik Health360 Indonesia, Ni Komang Yeni mengungkapkan vaginismus merupakan gangguan yang ada di vagina.

"(Kondisi) kekakuan pada otot vagina yang menyebabkan otot paha dan pantat menjadi kaku sehingga gagal penetrasi," jelasnya kepada Kompas.com, Sabtu (9/9/2023).

Menurut Yeni, vaginismus terjadi akibat serabut saraf pada area vagina terlalu padat dan jumlahnya terlalu banyak. Saraf ini berada di area antara lubang anus dan vagina.

Normalnya, terdapat lebih dari 6.000 saraf di area tersebut pada perempuan normal. Namun, penderita vaginismus memiliki saraf mencapai 10 sampai 15 kali lebih banyak.

"(Penderita) terlahir seperti itu," tegasnya.

Akibat kondisi saraf vagina hipersensitif, perempuan yang mengalami vaginismus akan kesulitan bahkan tidak bisa berhubungan seksual.

Hal ini terjadi karena saraf yang sensitif menyebabkan rasa sakit luar biasa saat vagina mengalami peregangan, disentuh, atau gesekan.

Jika dilakukan, penderita akan merasa nyeri, panas, dan terbakar pada vaginanya. Hal ini lantas menyebabkan penderita takut berhubungan seksual.

"(Terasa) sangat sakit (saat penetrasi penis ke vagina). Hubungan seksual bisa terjadi tapi lebih banyak yang nggak berhasil," lanjut Yeni.

Menurut dia, vaginismus biasanya baru bisa diketahui saat perempuan akan berhubungan seksual.

Selain itu, nyeri pada vagina dapat terasa saat jari tidak bisa masuk ke vagina karena sakit, sulit memasang tampon, atau diketahui saat menjalani pemeriksaan kandungan di dokter.

Baca juga: Bagaimana Ciri Vagina Sehat? Ini Penjelasan Dokter Boyke

Cara mengatasi vaginismus

Alat dilator.Lloydjane Alat dilator.
Yeni menegaskan, vaginismus disebabkan oleh kelainan organ sejak lahir. Rasa sakit yang dialami penderita juga kondisi yang memang benar terjadi.

"Bukan lebay, kurang rileks, tidak bisa melayani suami, itu stigma. Bukan tidak mau, tapi tidak bisa," ujar dia.

Yeni menyebut, penderita bahkan bisa merasa sangat nyeri sampai pingsan akibat vaginismus. Meski begitu, ia mengungkapkan penderita vaginismus berpeluang 97 persen sembuh dan tidak kambuh lagi.

"Sisanya bisa kembali. Karena kurang support dari suami dan tidak ada latihan. Memang harus rutin terapi," lanjutnya.

Untuk mengatasi vaginismus, Yeni menyebut perempuan perlu memeriksakan diri ke dokter. Umumnya, pasien datang dua minggu setelah menikah dan saat vagina terasa sakit.

Dokter akan memastikan kelainan pada anatomi tubuh penderita. Misalnya, ukuran lubang selaput dara dan ketebalan dindingnya.

Selain itu, kemungkinan adanya pertumbuhan jaringan berlebihan yang melintang di antara lubang vagina.

Setelah terbukti vaginismus, dokter akan memberikan anastesi atau bius pada vagina bagian depan untuk mencegah saraf yang sensitif terasa sakit.

Selanjutnya, alat bernama dilator akan dimasukkan ke lubang vagina, dari ukuran diameter sekecil jari sampai seukuran penis normal. Proses ini disebut dilatasi.

"(Penderita) diajari posisinya rileks, pernapasan diafragma, relaksasi supaya tidak kontraksi berlebihan yang menyebabkan otot kaku," tambah Yeni.

Ia menyebut, proses dilatasi akan dibantu dengan injeksi botoks yang berguna untuk melemaskan otot vagina. Dilatasi bisa dilakukan secara mandiri selama 4-6 bulan.

Menurut Yeni, cara tersebut akan membuat otot vagina menjadi lentur sehingga dapat  penetrasi tanpa rasa sakit akibat saraf yang sensitif.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com