Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Fobia Bisa Menurun pada Anak, Kenali Cara Pencegahannya

Kompas.com - 21/07/2023, 09:15 WIB
Benediktus Agya Pradipta,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fobia atau reaksi ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu bisa terjadi pada diri setiap orang, termasuk para orang tua.

Dilansir dari laman National Health Service (NHS), fobia akan muncul dan berkembang ketika seseorang memiliki rasa cemas yang berlebihan terhadap suatu obyek atau situasi.

Lalu, jika fobia sudah menjadi sangat parah, seseorang disebut akan mengalami kesulitan untuk menjalani sejumlah kegiatan sehari-hari karena ketakutannya itu.

Berdasarkan jenis, fobia secara umum terbagi menjadi dua, yakni fobia spesifik dan kompleks.

Fobia spesifik berpusat pada kecemasan terhadap obyek, hewan, situasi atau aktivitas tertentu.

Baca juga: 5 Fobia Paling Aneh di Dunia, Ada Rasa Takut terhadap Toilet


Sementara itu, fobia kompleks cenderung lebih berbahaya daripada fobia spesifik.

"Fobia kompleks biasanya berkembang selama masa dewasa dan sering dikaitkan dengan ketakutan atau kecemasan yang mengakar dari situasi atau keadaan tertentu," demikian penjelasan di laman NHS.

Apakah fobia bisa menular ke anak?

Psikolog dan Dosen Psikologi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardji menjelaskan, fobia bisa menurun ke anak melalui proses modelling.

Proses modelling yang dimaksud adalah ketika seorang anak merekam atau mengingat perilaku orang tua hingga terinternalisasi atau menetap dalam diri.

Proses internalisasi itu dapat didukung oleh perilaku orang tua yang berulang-ulang ketika sedang merasa cemas terhadap sesuatu.

Baca juga: Ramai soal Takut Berbicara di Depan Umum Disebut Glossophobia, Fobia Apa Itu?

"Jadi, seperti misalnya orang tua melakukan suatu perilaku yang konsisten, karena fobia itu kan pasti selalu muncul ketika ada trigger atau pencetusnya. Nah anak akan melihat orang tuanya berperilaku seperti itu sehingga proses yang terjadi adalah terinternalisasi, apa yang dia lihat, dia dengar, dan dia rasakan," kata Ratna.

"Itulah yang kemudian membantu si anak ini untuk membuat apa yang dia lihat tadi atau perilaku yang dia lihat itu terinternalisasi atau menyatu dengan dirinya," tutur Ratna menjelaskan.

Menurut Ratna, hal tersebut bisa terjadi karena pada dasarnya kecemasan juga bisa menular.

"Kecemasan itu menular, jadi kalau misalnya kita melihat orang (cemas), padahal kita engga tahu gara-gara apa, kita bisa memiliki perilaku yang sama," ucap Ratna.

"Kita melihat orang lain cemas sehingga tertular cemas, apalagi ini orang tua sendiri," imbuhnya.

Baca juga: 7 Fobia Paling Aneh di Dunia, Takut terhadap Pisang hingga Pakaian

Selain itu, Ratna menyebutkan bahwa fobia juga bisa menurun ke anak secara verbal.

Misalnya, ketika orang tua justru mengutarakan kecemasannya dengan memberikan momok atau suatu yang menakutkan kepada anak.

"Itu (verbal) bisa menjadi pembenaran dari perilaku yang orang lakukan. Jadi seolah-olah justru malah dikasih momok atau suatu yang menakutkan, yang sebenarnya sejak awal tidak terpikir (oleh anak)," kata Ratna.

Bagaimana cara bersikap di depan anak ketika fobia muncul?

Ratna mengatakan, seseorang sejatinya tidak bisa mengontrol perilaku ketika kecemasan atau ketakutan itu datang, apalagi secara tiba-tiba.

Namun, dia menyarankan agar orang tua bisa mengomunikasikan perilaku tersebut kepada anak.

Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?

Penjelasan serupa juga tercantum dalam artikel di laman Today's Parent. Dalam artikel tersebut tersaji contoh tentang cara orang tua yang mengomunikasikan ketakutan kepada anak.

Contoh yang diberikan berkaitan dengan ketakutan seorang ibu bernama Hailey Surette.

Hailey disebut takut terhadap kelabang. Saat memberitahu anaknya soal fobia tersebut, Hailey mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan kelabang, dan biasanya setiap orang memiliki ketakutan yang berbeda.

"Saya tidak ingin hal ini menghalanginya," ujar Hailey.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com