Deepfake dapat dibuat secara instan menggunakan perangkat lunak gratis. Namun, kualitas konten cenderung rendah, sehingga mudah dikenali.
Sementara deepfake yang lebih meyakinkan, membutuhkan waktu lebih lama serta perangkat lunak dan komputer lebih canggih.
Di sisi lain, BBC melaporkan pada 27 Mei 2021, kasus konten deepfake porn cenderung meningkat sejak 2019.
Penyalahgunaan keahlian AI ini merupakan dampak dari teknologi yang lebih mudah diakses masyarakat umum.
Dahulu, orang perlu menerapkan efek visual yang rumit. Sedangkan saat ini, teknologi canggih ini dapat dikerjakan secara mudah menggunakan komputer rumah.
Baca juga: Ramai soal Revenge Porn, Apa Itu?
Meski teknologi saat ini sangat berkembang, masih ada beberapa cara untuk membedakan konten deepfake dan asli.
Pertama, proporsi tubuh biasanya akan terlihat aneh atau tidak wajar. Suara atau aksen obyek juga terkadang tidak sesuai.
Gambar tidak nyata hasil rekayasa AI sering kali memiliki kelainan di bagian telinga, tangan, mata, dan rambut.
Bahkan, pada 2018, peneliti Amerika Serikat menemukan bahwa seseorang yang menjadi obyek deepfake tidak berkedip secara normal.
Di beberapa deepfake dengan kualitas buruk, sinkronisasi bibir kemungkinan buruk dan mudah dikenali, serta warna kulit tampak tidak rata.
Bukan hanya itu, efek pencahayaan yang terlihat janggal, seperti pencahayaan yang tidak konsisten dan pantulan aneh pada iris mata dapat menjadi ciri konten deepfake.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.