Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus di Paris Tak Terkendali, Warga Diminta Hidup Berdampingan

Kompas.com - 16/06/2023, 09:15 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Hidup berdampingan dengan tikus

Setelah sejumlah upaya pembasmian tikus dinilai tak menunjukkan hasil maksimal, pemerintah Paris meminta warga hidup berdampingan dengan tikus.

"Dengan arahan dari wali kota, kami telah memutuskan untuk membentuk sebuah komite untuk masalah kohabitasi (hidup berdampingan)," kata Wakil Wali Kota Paris Anne Souyris pada Kamis (8/6/2023), dikutip dari RT.

Sebelumnya, beragam cara telah dicoba oleh pemerintah setempat untuk mengatasi masalah tikus.

Di antaranya pada tahun 2017 pemerintah mengucurkan dana sebanyak 1,8 juta dollar AS atau sekitar Rp 26 miliar untuk program pembasmian tikus. 

Berbagai upaya pembasmian telah dilakukan seperti pemasangan tempat sampah kedap udara, serta pemakaian racun tikus dalam skala besar di ribuan lokasi di seluruh kota.

Namun, masalah tikus di kota itu tak kunjung selesai, dan semakin memburuk usai peristiwa protes reformasi pensiun akhir-akhir ini.

Aksi protes itu memperparah kemunculan tikus di Paris lantaran orang-orang menumpuk sampah di jalanan kota Paris selama berminggu-minggu.

Saat ini, diperkirakan populasi tikus melebihi populasi manusia dengan rasio sekitar 3:1.

Souyris mengatakan, komite nantinya akan menetapkan cara yang paling efisien untuk warga Paris dan tikus agar bisa hidup berdampingan, terutama untuk orang-orang yang tinggal di kota.

Baca juga: Benda Langit Jatuh Terbakar dan Meledak di Langit Inggris dan Perancis

Pro dan kontra

Kebijakan hidup berdampingan dengan tikus ini memicu pro dan kontra dari banyak kalangan.

Politisi Geoffroy Boulard yang mengkritik rencana itu mengatakan, rencana pembentukan komite adalah sebuah tanda menyerah terhadap masalah hewan pengerat.

Boulard menyebutkan, Paris seharusnya mendapatkan keputusan yang jauh lebih baik daripada itu.

Dikutip dari CNN, Boulard mengatakan telah menemukan studi "Proyek Armageddon" dengan misi untuk membantu kota mengelola populasi tikus.

Namun, menurut dia, salah satu tujuan proyek tersebut adalah melawan prasangka buruk pada tikus guna membantu warga Paris hidup lebih baik bersama mereka.

Studi tersebut dibiayai oleh pemerintah Perancis, dengan kota Paris sebagai mitra.

Tikus Paris bukan pembawa wabah

Menghadapi kritikan Boulard, Souyris mengatakan, tikus yang dibahas yang ada di Paris saat ini bukanlah tikus hitam pembawa wabah. Menurut dia, tikus yang ada di Paris adalah tikus jenis lain.

Meskipun tikus Paris membawa leptospirosis dan bakteri, ia menilai, tikus Paris tak menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang signifikan.

“Kami membutuhkan saran ilmiah, bukan siaran pers politik,” katanya.

Meskipun mendapat kritikan, rencana ini juga mendapatkan dukungan dari kelompok Hak Hewan. Mereka berpendapat bahwa cara pengendalian yang diterapkan Perancis sebelumnya adalah cara yang kejam dan tidak efektif.

Kelompok hak binatang Paris Animaux Zoopolis (PAZ) menyambut baik rencana tersebut dan mengatakan, tikus hadir tak hanya di Paris, tetapi juga di semua kota besar Perancis.

Oleh karena itu, menurut mereka, pernyataan tentang hidup bersama wajar untuk muncul.

"Di PAZ, saat kita bicara tentang 'kohabitasi damai' dengan tikus, yang kami maksud bukan tinggal bersama mereka di rumah dan apartemen kami. Namun, maksudnya adalah memastikan hewan-hewan itu tak menderita dan kami tak diganggu," kata mereka.

Baca juga: Viral, Video Jalanan Paris Berubah Jadi Lautan Sampah, Apa Penyebabnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

Tren
Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Tren
Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Tren
Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Tren
Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

Tren
Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tren
6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

Tren
PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com