Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Konflik Sampit 2001, Kerusuhan antara Suku Dayak dan Madura

Kompas.com - 07/06/2023, 06:15 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konflik Sampit yang terjadi pada Februari 2001 silam menjadi catatan kelabu bagi sejarah Indonesia.

Sebanyak 600 orang dilaporkan tewas akibat kerusuhan di Sampit yang merupakan ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.

Tak hanya itu, ribuan orang juga memutuskan untuk mengungsi dari daerah tersebut lantaran perseteruan antarsuku yang mengerikan.

Kerusuhan mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap sejumlah provokator.

Dibangun juga tugu perdamaian di Sampit untuk menandai perjanjian damai antara suku Dayak dan Madura.

Baca juga: Alue Dohong, Masyarakat Dayak Pertama yang Jadi Wakil Menteri

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Konflik Sampit Pecah

Simak penyebab konflik Sampit di bawah ini:

Awal mula konflik Sampit

Konflik Sampit merupakan kerusuhan antarsuku yang melibatkan orang Dayak sebagai penduduk asli dan suku Madura sebagai pendatang.

Konflik Sampit diawali dari pembakaran salah satu rumah milik orang Dayak di Jalan Padat Karya pada Minggu (18/2/2001) dini hari.

Dilansir dari Kompas.com, muncul dugaan bahwa pembakaran rumah tersebut dilakukan oleh orang Madura.

Orang Dayak kemudian melakukan aksi balas dendam yang menyebabkan 1 orang Dayak dan 1 orang Madura tewas.

Baca juga: Kenapa Suporter Tim Sepak Bola Cenderung Agresif?

Kerusuhan selanjutnya pecah ke Jalan Tidar yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalan Padat Karya.

Lokasi tersebut dihuni lebih banyak orang Madura dan terjadi pula aksi pembakaran rumah.

Akibatnya 3 penghuni rumah menjadi korban tewas sementara 1 orang meninggal karena terkena senjata tajam.

Warga di Jalan Tidar yang mengetahui adanya kerusuhan kemudian berhamburan dan ada yang bersembunyi di semak belukar.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Konflik Sampit Pecah

Penyebab konflik Sampit

Pengungsi yang merupakan etnis Madura akibat konflik antar-etnis di Sampit, Kalimantan Tengah, periode Februari 2001.Ign Danu Kusworo Pengungsi yang merupakan etnis Madura akibat konflik antar-etnis di Sampit, Kalimantan Tengah, periode Februari 2001.

Meletusnya konflik sampit dijelaskan Abdul Rachman Patji dalam "Tragedi Sampit 2001 dan Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke (Re) konstruksi)" yang ditulis pada 2003 silam.

Dalam publikasinya, ia menggarisbawahi bahwa konflik tersebut tidak disebabkan oleh kecemburuan orang Dayak terhadap orang Mandura yang dinilai lebih sukses di bidang ekonomi.

Konflik Sampit, menurut Abdul menukil pernyataan tokoh masyarakat Dayak berinisial DC, disebabkan oleh benturan budaya.

Ia menuliskan, pada saat itu orang Madura tidak mau memahami budaya masyarakat Dayak sebagai penduduk asli Kalimantan Tengah.

Menurut catatannya, Kotawaringin yang menjadi daerah konflik pada saat itu merupakan wilayah dengan konsentrasi warga keturunan Madura terbanyak di Kalimantan Tengah.

Baca juga: Abdul Latif Amin dan Jerat Korupsi di Pulau Madura

Diperkirakan sebanyak 75.000 orang Madura tinggal di wilayah tersebut. Bahkan, orang Madura juga memiliki 4 wakil di DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur.

Banyaknya jumlah orang Madura membuat kelompok ini merasa berpengaruh dan menguasai Sampit.

Orang Madura menganggap Sampit merupakan Sampang II, wilayah lain dari Sampang yang berada di Pulau Madura.

Orang Madura kemudian melakukan pembunuhan terhadap orang Dayak namun aksi ini diduga dipicu oleh perlakuan yang sama dari penduduk asli.

Baca juga: Dampak Konflik Sampit

Konflik Sampit meluas

(File) Passengers from Java Island disembark at Sampit Port, Central Kalimantan, during the return flow of Idul Fitri dated May 5, 2022. ANTARA/NORJANI/AS (File) Passengers from Java Island disembark at Sampit Port, Central Kalimantan, during the return flow of Idul Fitri dated May 5, 2022.

Konflik Sampit yang berawal dari kerusuhan antara orang Dayak dan Mandura di Sampit kemudian meluas ke kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Pada saat itu, sudah terjadi gelombang pengungsi menuju Palangkaraya namun kepindahan mereka diiringi berbagai isu.

Pedagang di pasar, guru di skeolah, dan kantor-kantor pemerintah kemudian memutuskan untuk menghentikan aktivitas.

Pada Senin (19/2/2001), Pemerintah Kota Sampit lalu menggelar pertemuan dari pagi hingga sore dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat.

Baca juga: Viral Bocah Pakai Jersey Persija Disebut Diikat di Pagar Saat Laga Persebaya Vs Madura United

Pertemuan digelar untuk mencari solusi supaya Palangkaraya tidak mengalami kondisi seperti terjadi di Sampit.

Sementara itu, berkembang pula kabar bahwa pihak keamanan di Sampit menahan sejumlah orang yang diduga terlibat kerusuhan.

Beberapa di antara orang yang ditangkap merupakan orang Dayak.

Karena jumlah yang cukup banyak,sekitar 38 orang yang semuanya orang Dayak kemudian dipindahkan ke tahanan Mapolda Kalimantan Tengah.

Baca juga: Kemenkes Buka Suara soal Pengobatan Tradisional Ida Dayak

Penahanan tersebut berujung pada protes yang dilayangkan orang Dayak yang menggelar unjuk rasa pada 21 Feruari 2001.

Mereka meminta Kapolda Kalimantan Tengah untuk membebaskan para tahanan.

Merujuk publikasi "Konflik Muslim Madura Vs Dayak di Sampit serta Diskursus Kaharingan Sebagai Klaim Agama", konflik Sampit juga diwarnai dengan ngayau.

Ngayau meripakan pemenggalan kepala orang-orang Madura lalu mayat tanpa kepala dibiarkan bergelimpangan di jalan.

Baca juga: Kerusuhan Sambas 1999: Penyebab, Kronologi, dan Dampak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com