Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megan Fox Akui Idap Body Dysmorphic Disorder, Apa Itu?

Kompas.com - 22/05/2023, 12:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

  • Sangat khawatir akan area tertentu pada tubuh
  • Menghabiskan banyak waktu untuk membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain
  • Sering sekali melihat pantulan diri di cermin atau sebaliknya, menghindari cermin sama sekali
  • Berusaha keras untuk menyembunyikan kekurangan, misalnya dengan menghabiskan waktu lama untuk menyisir rambut, merias wajah, atau memilih pakaian
  • Keyakinan kuat bahwa dirinya memiliki kecacatan pada penampilan yang membuatnya jelek
  • Keyakinan bahwa orang lain memperhatikan penampilan dan mencapnya negatif atau mengejek
  • Sering mencari kepastian tentang penampilan dari orang lain
  • Memiliki kecenderungan bersikap perfeksionis.

Penderita gangguan dismorfik tubuh kemungkinan terlalu fokus pada satu atau lebih bagian tertentu dari tubuh.

Fitur tubuh yang menjadi fokus atau perhatian ini dapat berubah seiring waktu, dan biasanya meliputi:

  • Wajah, seperti hidung, kulit, keriput, jerawat, dan noda lainnya
  • Rambut, seperti model rambut dan kebotakan
  • Ukuran payudara
  • Ukuran otot
  • Alat kelamin.

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, khususnya pada pria, dismorfia otot menjadi salah satu bentuk spesifik dari gangguan ini.

Gangguan ini merupakan perasaan negatif terhadap bentuk tubuh yang terlalu kecil atau tak cukup berotot.

Baca juga: Ramai Soal Menimbun Barang yang Sudah Tidak Dipakai, Benarkah Gejala Hoarding Disorder?

Penyebab body dysmorphic disorder

Para pakar belum memahami sepenuhnya mengapa body dysmorphic disorder terjadi. Namun, menurut dugaan, kondisi ini melibatkan banyak faktor, termasuk:

1. Genetika

Seseorang lebih mungkin mengidap body dysmorphic disorder jika kerabat pertamanya, yakni anak, orangtua kandung, atau saudara kandung memilikinya.

2. Otak terlalu aktif

Orang dengan gangguan dismorfik tubuh sering memiliki area otak yang terlalu aktif atau bekerja secara berbeda dari yang diharapkan.

Perbedaan tersebut membuatnya sulit untuk mengontrol pikiran dan tindakan yang berkaitan dengan penampilan.

3. Pengaruh budaya dan media

Budaya yang berbeda memiliki standar kecantikan dan penampilan berbeda pula.

Media populer, budaya, atau kombinasi keduanya dapat berpengaruh terhadap bagaimana gangguan dismorfik tubuh menyerang pikiran atau perilaku seseorang.

4. Riwayat pelecehan, pengabaian, atau intimidasi

Riwayat pengalaman tidak menyenangkan selama masa kanak-kanak, seperti pelecehan atau pengabaian dapat mengembangkan gangguan ini.

Riwayat diintimidasi atau diejek juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita body dysmorphic disorder.

Baca juga: Apa Itu Anxiety Disorder? Kenali Penyebab dan Cara Menanganinya

Butuh bantuan dokter atau pakar

Rasa malu akan penampilan tak jarang membuat penderita body dysmorphic disorder enggan mencari pengobatan.

Namun, masih dari NHS, orang dengan body dysmorphic disorder harus mendapatkan bantuan untuk menanganinya.

Penderita dapat mendatangi penyedia layanan kesehatan atau seorang profesional di bidang kesehatan mental.

Pasalnya, gangguan dismorfik tubuh biasanya tidak akan membaik dengan sendirinya.

Jika tidak diobati, kondisi ini dapat memburuk dari waktu ke waktu, menyebabkan kecemasan, depresi berat, dan bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com