Menurutnya, bangunan bersejarah yang ada sejak zaman kuno tetap bisa diperbaiki. Umumnya, masyarakat awam bisa memperbaikinya agar kembali kuat dan bisa digunakan lagi.
"Jika mengikuti kaidah ilmiah arkeologi, ya ada syaratnya," kata Agus.
Berikut sejumlah aturan yang dilakukan arkeolog dalam memperbaiki bangunan kuno:
"Jika ada keadaan darurat yang membahayakan kondisi bangunan, baru boleh ada penambahan-penambahan bahan, teknologi, dan lainnya," lanjutnya.
Agus menegaskan, bangunan bersejarah atau cagar budaya yang ingin diperbaiki harus mengikuti wujud aslinya. Jika tidak, perbaikan tidak bisa dilakukan dan justru berpotensi membuat bangunan yang benar-benar baru.
Baca juga: Sejarah Candi Borobudur
Senada dengan Agus, arsitek dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ariko Andikabina juga mengungkapkan ada banyak bangunan bersejarah yang memang masih berdiri. Namun, tidak aman secara struktural dan dapat membahayakan penggunanya.
"Yang berdiri kokoh biasanya sedikit, dan bisa jadi sudah dilakukan upaya pelestarian. Oleh karena itu upaya pelestarian menjadi penting," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (1/5/2023).
Menurutnya, teknik pembangunan zaman dulu ikut memengaruhi kualitas bangunannya hingga bisa bertahan sampai saat ini. Hal tersebut tentu sangat mengandalkan keahlian dan kemampuan orang yang membangunnya.
"Pengetahuan mengenai material atau bahan dan teknik membangun memengaruhi ketahanan bangunan dalam skala waktu," ujar Ariko.
Ia menyebut, bangunan kayu dari jati atau ulin cenderung lebih mampu bertahan lama. Kondisi ini terjadi sebelum ditemukan beton bertulang di Indonesia.
"Bangunan pada era kolonial pun demikian, tidak semuanya dalam kondisi baik hari ini, terutama yang masih menggunakan struktur bata sebagai pemikul beban," lanjutnya.
Ariko menyebut, bangunan masa lalu sengaja dibuat dengan mempertimbangkan daya tahan, daya dukung untuk beban vertikal atau horizontal dari angin dan gempa, serta kerentanan terhadap bahaya kebakaran.
Bangunan yang rusak akan diperbaiki menggunakan material dan teknik aslinya. Namun, kalau tidak memungkinkan, bisa ada penguatan dengan bahan dan teknik pembangunan yang berbeda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.