Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Geopolitik dan Geostrategi Sistem Pertahanan Kawasan

Kompas.com - 04/04/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut pengamat militer Susaningtyas Kertopati, hal itu merupakan strategi yang jitu untuk mengimplementasikan balancing of power pada tataran regional dan global.

Indonesia juga melakukan pembelian pesawat C-130J Super Hercules. Karena itu, kinerja TNI AU dalam hal pertahanan dan keamanan dapat lebih optimal.

Pesawat itu tergolong tipe terbaru,memiliki kopkit yang lebih canggih dengan sistem avionik penerbangan digital terintegrasi penuh dibanding seri sebelumnya. Pesawat itu mampu mengangkut 128 pasukan tempur, 92 pasukan terjun payung, dan memiliki kapasitas kargo hingga 20 ton, serta mampu lepas landas dan mendarat singkat di landasan pendek.

Pesawat itu bisa berfungsi pula untuk operasi militer ataupun non militer, termasuk dalam kegiatan-kegiatan bencana alam.

Mencermati Dinamika Geostrategi

Bangsa dan negara manapun mempunyai doktrin membangun pertahanan adalah niscaya, lalu menyusun bahan-bahannya dari mesin-mesin perang yang canggih. Akan tetapi bila ini terpresentasikan secara berlebihan, sangat mungkin kondisi kawasan bisa tidak stabil. Bersamaan dengan itu, geostrategi yang berubah menimbulkan kecemasan.

Oleh karenanya, geopolitik secara tipis-tipis berubah, menjadi sebuah kecenderungan polarisasi. Geopolitik hanya bernilai bila tetap kukuh mempertautkan perdamaian, tanpa memperkuat bentuk dominasi global.

Secanggih apapun perkakas perang yang dimiliki, sebuah bangsa butuh kedamaian kawasan. Hal ini bukan sebuah harapan yang bisa disederhanakan dengan hubungan diplomatik yang hangat, tetapi kedamaian kawasan harus dilembagakan agar perlombaan senjata dapat berhenti.

Maka, kedamaian tidak melampaui pemahaman, pemahaman yang membawa kedamaian. Kedamaian berawal dari sebuah senyum, demikian didefinisikan oleh pembela kemanusiaan, Bunda Teresa. Pada makna senyumlah dimungkinkan perang tidak mudah meletus.

Bilamana perang tidak mudah meletus dan kedamaian begitu membahana, bangsa-bangsa menikmati pergaulan global yang indah. Namun itu bisa saja utopia, karena –sebagaimana kredo “untuk damai persiapkanlah perang”, membuat bangsa-bangsa secara global memperkuat sistem pertahanan—jaga-jaga untuk perang secara fenomenal.

Meski begitu, sebagaimana dikatakan sang perumus bom atom yang meletus di Hirosima, Albert Einstein,  “You cannot simultaneously prevent and prepare for war." Anda tidak dapat secara bersamaan mencegah dan bersiap untuk perang.

Ada geopolitik dan geostrategi di sini yang dihitung dalam keragaman pergaulan bangsa-bangsa. Dengan dinamika geopolitik dan geostrategi dunia yang begitu dinamis, Indonesia tidak boleh lemah memainkan peran strategis kawasan regional dan global.

Premise itu membawa pada suatu perumusan membangun sistem persenjataan yang utama dan moden, dengan “melihat” negara-negara tetangga maupun kawasan membangun kemampuan sistem pertahannya.

Tentu saja akan berlebihan bila Indonesia melihat Australia membeli 220 rudal jelajah Tomahawk dan Malaysia mengakuisisi 18 jet tempur FA-50  dalam posisi yang minder. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com