KOMPAS.com - Selama ratusan tahun, pakar seni telah berjuang untuk menjelaskan inspirasi di balik lukisan fenomenal Vincent van Gogh, Starry Night.
Starry Night, dalam bahasa Indonesia bermakna Malam Berbintang, menampilkan pemandangan pohon cemara menjulang tinggi di desa dengan lereng bukit dan langit malam yang berputar-putar.
Dikutip dari Kompas.com (9/8/2022), salah satu karya akhir Van Gogh ini dibuat pada 1889, saat sang seniman tengah berada di sebuah ruangan rumah sakit jiwa di Saint-Remy, Perancis.
Tepatnya, beberapa bulan setelah menderita gangguan di mana ia memotong sebagian dari telinganya sendiri dengan silet.
Di rumah sakit jiwa, Van Gogh mengamati langit malam dari jendela berjeruji dan menulis surat pada saudaranya, menggambarkan pemandangan indah bintang pada suatu pagi di musim panas tahun 1889.
Selama ini, lukisan Starry Night kerap ditafsirkan sebagai eksplorasi abstraksi atau kebangkitan mistis alam.
Namun kini, teori baru muncul dan menjelaskan bahwa Van Gogh kemungkinan telah terinspirasi dari Menara Eiffel untuk menggambarkan pepohonan raksasa dalam karyanya.
Sejarawan seni sekaligus profesor University of Southampton, James Hall berpendapat, pohon cemara dalam Starry Night karya Van Gogh telah mendapatkan inspirasi dari Menara Eiffel.
Menurut dia, seperti diberitakan The Guardian (26/3/2023), sang artis memulai karya ini pada Juni 1889, tak lama setelah monumen yang berdiri di Paris tersebut diresmikan.
Kala itu, Eiffel pun langsung menjadi daya tarik pameran internasional. Dalam pembukaannya, ada pula pertunjukan piroteknik, lampu, dan berbagai ledakan kembang api spektakuler.
James Hall kemudian menggambarkan suasana saat pembukaan Eiffel mirip dengan piroteknik bintang, langit, dan awan dalam karya Van Gogh.
"Bagi Van Gogh, pohon cemara adalah alternatif alami dari Menara Eiffel, pusat pameran. Starry Night adalah pasangan antara pedesaan dan sinar kosmik dari pertunjukan cahaya yang menandai pembukaan pameran," terang Hall.
Di sisi lain, pada Juni 1889, Van Gogh sempat menulis kepada saudaranya, Theo, yang berisi:
"Cypresses (salah satu lukisan Van Gogh) masih menyibukkan saya, saya ingin melakukan sesuatu dengan mereka seperti kanvas bunga matahari karena saya heran, belum ada yang melakukannya seperti yang saya lihat. Indah dalam hal garis dan proporsi, seperti obelisk (monumen tinggi dengan puncak piramida) Mesir."
Menurut Hall, Eiffel pada tahun itu dipasarkan secara bombastis sebagai simbol kemajuan teknologi Perancis. Bahkan, Menara Eiffel disebut lebih mengesankan daripada piramida di Mesir.