KOMPAS.com - Unggahan video yang menyebutkan tentang fase quarter life crisis yang dialami oleh anak-anak remaja kelahiran 1997 dan 1998 ramai di media sosial TikTok.
Unggahan tersebut dibuat oleh akun ini pada (3/1/2023).
"Kelahiran 97, 98 yang tiap hari ngerasa chill, ngerasa masih remaja labil, ngerasa hidupnya harus banyak haha hihi dulu, sibuk main sana sini, eh ga kerasa tiba2 tahun ini kalian semua ada di fase Quarter life crisis," tulis pengunggah dalam narasi videonya.
"Jujur kaget," tambahnya.
Baca juga: Ramai soal Jamur Kapang yang Muncul di Baju Bekas Impor, Apa Itu?
@nuyayukaJujur kaget
? suara asli - fahmi alfin - fahmi v7
Hingga Kamis (23/3/2023) pagi, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 670.000 kali dan dikomentari lebih dari1.725 warganet.
Lantas, apa itu fase quarter life crisis?
Psikolog sekaligus dosen di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani menjelaskan, quarter life crisis adalah tentang pencarian jati diri, pencarian makna diri, serta bagaimana seseorang dalam melihat keberhasilan dirinya sendiri.
Pada fase ini, seseorang akan mengalami rasa takut dan kekhawatiran terhadap masa depannya, termasuk dalam hal karier, relasi, dan kehidupan sosial.
"Quarter life cirsis biasanya memang dialami oleh mereka yang berusia sekitar 18-35 tahun," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (22/3/2023).
"Karena sebenarnya quarter itu intinya adalah seperempat. Di mana itu dikaitkan dengan usia 100 yang adalah seperempatnya adalah 25," tambahnya.
Baca juga: Mengapa Memasak Bisa Bermanfaat untuk Tingkatkan Kesehatan Mental Seseorang?
Sementara itu, life crisis sendiri memiliki makna terkait dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Quarter life crisis sebenarnya bisa dialami oleh siapa saja, jika kata quarter itu dilepas.
Ketika kata "quarter" dilepas dan hanya menyisakan "life crisis", itu berarti semua orang bisa mengalami masalah di kehidupan sehari-hari, baik anak muda, remaja, hingga orangtua.
"Namun jika disambungkan menjadi quarter life crisis, maka itu memiliki makna berbeda," ungkapnya.
Pada setiap tahapan perkembangan manusia, mereka akan selalu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dilaluinya.
Terkadang, tugas-tugas perkembangan itu menjadikan seseorang menjadi tertekan hingga menyebabkan stres hingga depresi yang justru akan mengganggu kesehatannya.
"Sebenarnya sangat manusiawi ketika kita berhadapan dengan berbagai masalah setiap harinya. Tinggal bagaimana seseorang menghadapi masalah tersebut" ucapnya.
Baca juga: Ramai soal Remaja Dirundung tetapi Memilih Diam, Begini Kata Psikolog
Dikutip dari laman resmi Psikologi Universitas Negeri Semarang (Unnes), awal mula krisis ini ditandai dengan timbulnya berbagai emosi negatif seperti kecemasan, frustasi, hingga merasa kehilangan arah.
Hal tersebut nantinya dapat mengarahkan seseorang kepada kondisi stres, depresi, atau gangguan psikologis lainnya.
Quarter life crisis dinilai berdampak pada 86 persen remaja yang sering merasa tidak nyaman, kesepian, serta depresi dalam hidupnya.
Meskipun begitu, fase ini penting untuk dialami seseorang agar ia mampu mengenali dirinya sendiri secara lebih mendalam serta mempersiapkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
Baca juga: Menurut Psikologi, Homoseksual Bukanlah Kelainan, Begini Penjelasannya
Ada beberapa gejala quarter life crisis, di antaranya:
Baca juga: Bisakah Perilaku Selingkuh Disembuhkan? Ini Kata Psikolog
Masih dari sumber yang sama, terdapat lima fase yang dilalui oleh seseorang dalam fase quarter life crisis, yaitu:
Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental, Apa Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.