KOMPAS.com – Selama bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa.
Mereka harus menahan diri untuk makan dan minum serta tindakan lainnya yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Kendati demikian, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat bermanfaat bagi kesehatan mental.
Salah satu psikolog yang telah membiasakan diri untuk berpuasa kendati ia bukan seorang muslim adalah Justin Thomas.
Dilansir dari The National News, Justin Thomas yang merupakan seorang Profesor Psikologi di Zayed University mengaku telah berpuasa selama dua dekade dan merasakan manfaat puasa bagi kesehatan mental.
Baca juga: 5 Tips Menjaga Kesehatan Mental Menurut Psikolog
Sebagai negara yang mayoritas warganya beragama muslim, Ramadhan bisa menjadi salah satu cara untuk mengendalikan diri dan menjaga kesehatan mental.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tercatat 20 persen dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami gangguan mental.
Persentase tersebut menunjukkan bahwa sekiar 60 juta jiwa di Indonesia mengalami permasalahan kesehatan mental.
Dengan kata lain, rata-rata satu dari lima orang di Indonesia mengalami gangguan mental.
Dilansir dari laman Muhammadiyah, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed menyoroti tingginya kasus gangguan kesehatan mental di Indonesia yang tidak diimbangi dengan banyaknya jumlah konselor atau psychiatry, yang hanya berkisar 1.000 orang.
“Kalau kita bandingkan jumlah ini dengan jumlah penduduk Indonesia maka satu orang konselor atau satu orang psikiater itu harus melayani satu dibanding 250.000 orang (yang memiliki gangguan kesehatan mental),” ujarnya.
Baca juga: Kasus Gangguan Kesehatan Mental Anak Naik Selama Pandemi, Ini Kata Psikolog
Menurut, Justin Thomas, puasa memiliki sejumlah manfaat yang penting bagi kesehatan mental seseorang.
Berikut beberapa manfaat puasa bagi kesehatan mental:
Momentum puasa di bulan Ramadhan dapat meningkatkan rasa bahagia dalam diri melalui perasaan bersyukur.
“Manfaat kesehatan bulan suci sangat sesuai dengan Teori Perbandingan Sosial,” ujar Justin.