Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal St Pauli, Klub yang Menyatukan Sepak Bola, Musik, dan Gerakan Sosial

Kompas.com - 27/02/2023, 21:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

“Itu adalah simbol kami, yang miskin melawan yang kaya, (klub) kaya seperti (Bayern) Munich," ucap Sven Brux, pendukung seumur hidup dan kepala organisasi penggemar dan keamanan St. Pauli.

"Itu seperti bajak laut yang berjuang untuk yang miskin melawan yang kaya. Sekarang ini menjadi simbol resmi klub,” lanjutnya.

Baca juga: Kenapa Suporter Tim Sepak Bola Cenderung Agresif?

St. Pauli juga merupakan pelopor kampanye antirasisme, antikekerasan, antihomofobia, dan isu-isu progesif lainnya.

Menurut Brux, St Pauli adalah klub pertama yang mengkampanyekan antirasisme pada 20 tahun lalu.

“Kami adalah klub pertama yang mengenakan t-shirt, mengatakan bahwa hal-hal rasis dilarang dan saat itu tidak ada seorang pun di Jerman yang peduli tentang hal-hal ini," katanya.

"Fans kami adalah yang pertama mengatakan bahwa kami tidak menginginkan hal-hal ini (rasisme) dalam sepak bola," tambahnya

Pada 2006, St Pauli menjadi tuan rumah Piala Dunia untuk negara-negara yang tidak dikenal.

Ajang itu memberi kesempatan orang-orang Tibet untuk mengibarkan bendera kemerdekaan mereka.

Bahkan pada satu kesempatan, mereka mengatur laga persahabatan dengan Kuba untuk menunjukkan solidaritas kepada Fidel Castro.

Hal unik lainnya yang tidak ada pada kebanyakan klub Jerman, St Pauli tetap mempertahankan tribun berdiri di stadion.

Baca juga: Catatan Insiden Flare di Tengah Laga Timnas Sepakbola Indonesia

Selain itu, juga ada aturan “50+1” yang disepakati antara klub dengan penggemarnya.

Hal itu mencegah klub kebanggaannya dimiliki oleh satu individu.

St Pauli juga selalu berkomunikasi dengan para penggemarnya untuk melakukan suatu keputusan.

Baru-baru ini, setelah mendapat tekanan fans, pihak klub setuju untuk tidak pernah menjual hak penamaan stadion kepada pihak lain.

“St Pauli adalah cara hidup. Kami bukan klub yang ingin menghasilkan uang, kami hanya mencintai sepak bola,” tandas Daniel, seorang penggemar setia St Pauli lainnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com