Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kita Tidak Bisa Melihat Udara?

Kompas.com - 24/02/2023, 21:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap benda dikenal memiliki wujud tertentu, antara padat, cair, atau gas.

Berbeda dari benda padat dan cair yang bisa terlihat, udara yang berwujud benda gas tidak bisa dilihat oleh mata.

Udara, angin, dan benda-benda gas lainnya tidak bisa dilihat manusia dengan mata telanjang atau tanpa alat.

Lalu, mengapa manusia tidak bisa melihat udara?

Baca juga: Benarkah Saat Bernapas Hanya Satu Lubang yang Mengeluarkan Udara?


Kemampuan retina

Dilansir dari Science Focus, manusia tidak bisa melihat angin dan udara karena kemampuan retina yang peka terhadap panjang gelombang cahaya.

Saat mata melihat udara, gelombang cahaya akan melewati retina tanpa hambatan dari udara yang tidak memiliki bentuk padat. Akibatnya, udara tidak akan terlihat oleh mata.

Udara juga bertekanan rendah, kurang padat daripada angin yang bertekanan tinggi. Hal ini membuat udara memiliki indeks pembiasan cahaya yang lebih rendah.

Hasilnya, keberadaan udara semakin tidak memengaruhi jalur sinar cahaya ke mata sehingga tidak bisa dilihat.

Meski begitu, udara akan bisa terlihat saat angin berhembus atau menjadi badai tornado.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Kerap Dapat Predikat Buruk, Apa Saja Penyebabnya?

Udara kurang berwarna

Selain karena kemampuan retina mata, udara yang tidak memiliki banyak warna juga menjadi penyebab benda berwujud gas itu tidak terlihat.

Menurut Highlight Kids, udara tidak terlihat karena benda ini sangat sedikit mengirimkan warna ke mata manusia.

Kondisi tersebut berbeda dari obyek yang memiliki warna. Obyek berwarna mampu menyerap gelombang cahaya dan warna untuk dipantulkan kembali ke mata manusia.

Hal ini membuat suatu obyek terlihat berwarna sesuai pantulan yang sampai di mata manusia.

Udara adalah campuran gas, terutama nitrogen dan oksigen, serta molekul berukuran sangat kecil yang letaknya berjauhan. Gelombang cahaya dapat melewati molekul-molekul ini tanpa mengenainya.

Ketika cahaya menabrak molekul, cahaya akan menyerap dan menyebarkan beberapa warna ke segala arah. Ukuran molekul pada udara sangat kecil sehingga sulit dilihat mata, kecuali jika jumlahnya ada banyak.

Baca juga: Penyebab Udara di Jawa Tengah dan Yogyakarta Kian Panas

Tidak semua cahaya terlihat mata

Dikutip dari Press Connects, manusia membutuhkan cahaya untuk melihat suatu obyek. Setelah cahaya mengenai obyek, cahaya akan menyerap sebagian warna dan memantulkan warna lainnya.

Warna yang terpantul inilah yang akan terlihat oleh bola mata lalu ditafsirkan otak membentuk obyek yang kelihatan.

Sayangnya, manusia tidak melihat semua jenis gelombang cahaya yang ada. Mata bisa melihat obyek tergantung pada frekuensi dan panjang gelombang cahayanya.

Bagi manusia, spektrum cahaya yang terlihat berada di antara cahaya ungu dengan panjang gelombang sekitar 400 nanometer dan cahaya merah dengan panjang gelombang sekitar 700 nanometer.

Karena mata manusia hanya bisa melihat dalam spektrum yang sangat sempit, obyek apapun yang dapat terlihat harus memantulkan cahaya sesuai dengan spektrum itu.

Nah, udara ternyata memiliki pantulan warna yang tidak terletak pada spektrum cahaya yang terlihat manusia. Hal inilah yang membuat udara tidak terlihat oleh mata manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Penyebab Pesawat Alami Turbulensi seperti Singapore Airlines

Penyebab Pesawat Alami Turbulensi seperti Singapore Airlines

Tren
Cerita Penumpang Singapore Airlines Saat Turbulensi, Tanpa Peringatan dan Penumpang Terlempar dari Kursi

Cerita Penumpang Singapore Airlines Saat Turbulensi, Tanpa Peringatan dan Penumpang Terlempar dari Kursi

Tren
Jadwal Lengkap Piala AFF 2024 dan Pembagian Grupnya

Jadwal Lengkap Piala AFF 2024 dan Pembagian Grupnya

Tren
Dapat Uang Sobek, Bisakah Ditukar Baru di Bank? Berikut Ini Syaratnya

Dapat Uang Sobek, Bisakah Ditukar Baru di Bank? Berikut Ini Syaratnya

Tren
Resmi, Ini Harga Elpiji dan Tarif Listrik yang Berlaku Juni 2024

Resmi, Ini Harga Elpiji dan Tarif Listrik yang Berlaku Juni 2024

Tren
Cara Mengatasi Masalah Sulit Buang Air Besar pada Kucing Peliharaan

Cara Mengatasi Masalah Sulit Buang Air Besar pada Kucing Peliharaan

Tren
Ada Pemutihan Pajak Kendaraan di Jawa Tengah 2024, Simak Syaratnya

Ada Pemutihan Pajak Kendaraan di Jawa Tengah 2024, Simak Syaratnya

Tren
Mengenal UKT dan Aturannya di Permendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2024

Mengenal UKT dan Aturannya di Permendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2024

Tren
Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus 'Study Tour' SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Kronologi Kecelakaan Bus "Study Tour" SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Tren
6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

Tren
Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Tren
Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Tren
Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Tren
Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com